Sunday, December 10, 2017

Penyakit Hati dan Obatnya



PENYAKIT HATI DAN OBATNYA
MAKALAH
DisusununtukmemenuhitugasmatakuliahAkhlakTasawuf
Yang diampuolehBapakMoch. CholidWardi, M.H.I



DisusunOleh :
AHMAD FATONI                 (20170703021011)
AHMAT BAIDOWI              (20170703021015)
ALDY NUR AZMI                (20170703021019)
ALFIAN FEBRIYANTO      (20170703021021)
ALFIAN IQBAL A.              (20170703021022)

PRODI PERBANKAN SYARI’AH
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AKADEMIK 2017



KATA PENGANTAR
Pertamamarikitapanjatkan puja danpujisyukurataskehadirat Allah SWT. Atassegalarahmatdanpertolongannyalahpenyusundapatmenyelesaikanmakalah yang berjudul “PenyakitHatidanObatnya” sesuaidengantujuanpenyusun.
            Keduakalinyashalawatsertasalamsemogatetaptercurahlimpahkankepadanabi Muhammad SAW. Yang manabeliautelahmembawakitadarialamkejahiliyahanmenujualam yang penuhdengankeilmuan.
            Kami selakupenyusunmengucapkanbanyakterimakasihkepadakedua orang tua kami yang telahmendukungdanmendoakan kami. Taklupajugaucapanterimakasih kami sampaikankepadaBapakMoch. CholidWardi, M.H.I selakudosenpengampu yang telahmembina kami dalam proses penyusunanmakalahini.
            Sebagaimanusiabiasa kami menyadaribahwa kami mempunyaiketerbatasandalampemikiran, sehinggakritikdan saran yang membangunsangat kami perlukanuntukmemperbaikikesalahanpadamakalahberikutnya.



Pamekasan,1Desember 2017


Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I  PENDAHULUAN................................................................................. 1
A.    LatarBelakangMasalah............................................................................. 1
B.     RumusanMasalah..................................................................................... 1
C.     TujuanPenulisan....................................................................................... 1
BAB II  PEMBAHASAN................................................................................... 2
A.    PengertianPenyakitHati............................................................................ 2
B.     Tanda-tandaPenyakitHati......................................................................... 3
C.     Macam-macamPenyakitHati..................................................................... 4
D.    Cara MengobatiPenyakitHati.................................................................. 13
BAB III  PENUTUP.......................................................................................... 15
A.    Kesimpulan.............................................................................................. 15
B.     Saran........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
                                                                                                                               

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Hati nurani adalah salah satu aspek terdalam jiwa manusia yang senantiasa menilai benar salahnya perasaan, niat, angan-angan, pemikiran, hasrat, sikap dan tindakan seseorang, terutama dirinya sendiri. Sekalipun hati nurani ini cenderung menunjukkan hal yang benar dan hal yang salah, tetapi tidak jarang mengalami keragu-raguan dan sengketa batin sehingga seakan-akan sulit menentukan yang benar dan yang salah. Hati menjadi esensi dari perilaku dan kehidupan manusia, jika hatinya baik maka perilaku seseorang akan baik, tetapi bila hati buruk, maka akan berakibat negatif bagi perilaku manusia. Hati yang buruk inilah yangsering  disebut dengan penayakit hati.
 Penyakit hati itu sungguh berbahaya. Karena dampaknya sangatlah buruk: yaitu berdosa,terancam sikasa di neraka. Bisa mendatangkan adzab. Merugikan dan membuat risih orang lain. Dan menyakitkan pada dirinya sendiri. Maka dari itu, pentinglah kita ketahui apa saja penyakit hati itu, agar kemudian bisa kita cegah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian penyakit hati?
2.      Apa saja tanda-tanda penyakit hati?
3.      Apa saja macam-macam penyakit hati?
4.      Bagaimana cara mengobati penyakit hati?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian penyakit hati
2.      Untuk mengetahui tanda-tanda penyakit hati
3.      Untuk mengetahui macam-macam penyakit hati
4.      Untuk mengetahui cara mengobati penyakit hati


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Penyakit Hati
Penyakit hati menurut Islam- adalah  suatu bentuk kerusakan yang menimpa hati, yang berakibat dengan tidak mampunya hati untuk melihat kebenaran. Akibatnya, orang yang terjangkit penyakit hati akan membenci kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebathilan yang membawa kepada kemudharatan[1].  Berkenaan dengan penyakit hati ini, dalam Al-Qur’an bahwasanya Allah SWT berfirman dalam beberapa surat, dintaranya:
a.       QS. At-Taubah ayat 125:
$¨Br&ur šúïÏ%©!$# Îû OÎgÎ/qè=è% Ðßt¨B öNåkøEyŠ#tsù $²¡ô_Í 4n<Î) óOÎgÅ¡ô_Í (#qè?$tBur öNèdur šcrãÏÿ»Ÿ2 ÇÊËÎÈ
Artinya: “Dan adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, maka (dengan surah itu) akan menambah kekafiran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir
b.      QS. Al-Baqarah ayat 10:
Îû NÎgÎ/qè=è% ÖÚz£D ãNèdyŠ#tsù ª!$# $ZÊttB ( óOßgs9ur ë>#xtã 7OŠÏ9r& $yJÎ/ (#qçR%x. tbqç/Éõ3tƒ ÇÊÉÈ
Artinya: “ Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta”.
c.       QS. Al-Hajj ayat 53:
Ÿ@yèôfuÏj9 $tB Å+ù=ムß`»sÜø¤±9$# ZpuZ÷FÏù šúïÏ%©#Ïj9 Îû NÍkÍ5qè=è% ÖÚt¨B ÏpuÅ$s)ø9$#ur öNßgç/qè=è% 3 žcÎ)ur tûüÏJÎ=»©à9$# Å"s9 ¥-$s)Ï© 7Ïèt/ ÇÎÌÈ
Artinya: “Dia (Allah ) ingin menjadikan godaan yang ditimbulkan setan itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan orang yang berhati keras. Dan orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang jauh ”.
Ayat diatas merupakan dampak paling dahsyat yang akan diterima oleh seseorang yang didalam hatinya terdapat penyakit. Dampak tersebut akan memasukkan seseorang kedalam kekafiran, bahkan mati dalam keadaan tersebut, sebagai seorang muslim, hal tersebut merupakan sesuatu yang harus kita waspadai supaya keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT tidak mudah rusak. Karenanya mempelajari dan memahami jenis penyakit hati menurut islam sangat penting[2].
B.     Tanda-tanda Penyakit Hati
1.      Kehilangan cinta yang tulus. Orang yang mengidap penyakit hati tidak akan bisa mencintai orang lain dengan benar. Dia tidak mampu mencintai keluarganya dengan ikhlas. Orang seperti itu, agak sulit untuk mencintai Nabi, apalagi mencintai Tuhan yang lebih abstrak. Karena ia tidak bisa mencintai dengan tulus, dia juga tidak akan mendapat kecintaan yag tulus dari orang lain. Sekiranya ada yang mencintainya dengan tulus, ia akan curiga akan kecintaan itu[3].
2.      Kehilangan ketentraman dan ketenangan batin.
3.      Memiliki hati dan mata yang keras. Pengidap penyakit hati mempunyai mata yang sukar terharu dan hati yang sulit tersentuh.
4.      Kehilangan kekhusyu’an dalam ibadah.
5.      Malas beribadah atau beramal.
6.      Senang melakukan dosa. Orang yang berpenyakit hati akan merasakan kebahagiaan dalam melakukan dosa. Tidak ada perasaan bersalah yang mengganggu dirinya sama sekali[4].
7.      Tidak terima dengan keadaan. Perasaan ini  muncul ketika seseorang tengah diselimuti rasa  tidak puas dengan apa yang diharapkannya. Perasaan tidak puas itulah yang kemudian mendorongnya untuk melakukan penolakan  terhadap fakta-fakta yang telah mewujud dihadapannya[5].
8.      Sering su’uzhan.
9.      Cinta dunia.
10.  Suka nerabas syari’at.
11.  Serakah dan tak pernah puas.
12.  Tidak percaya adanya pertolongan[6].
13.  Mengutamakan hawa nafsu.

C.    Macam-macam penyakit hati
1.      Marah (Ghadalb)
Marah adalah suatu keadaan psikologis yang bisa menyimpangkan watak seseorang dari jalan yang benar. Ketika marah tersebut mempengaruhi manusia bisa mewujud dalam bentuk kesombongan dan dapat membutakan pikiran serta mampu mengubah  manusia menjadi “hewan” yang tidak menyadari realitas[7].
Nabi mengajarkan apabila sedang marah kita diperintahkan mengubah posisi, atau mengambil air wudhu’. ‘memerangi’ sifat pemarah adalah dengan sabar dan pemaaf.
 Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Imran ayat 134:
tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZムÎû Ïä!#§Žœ£9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä šúüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ
Artinya: “(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan”.
Jika seseorang mampu mengendalikan amarahnya lalu mengarahkannya menjadi asset, ia dapat menjadi sebuah kekuatan yang dapat memproteksi hak-hak pribadinya, secara proporsional[8].
2.      Egois (Ananiyah)
Egois adalah orang  yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Sifat itu mengarah kepada kerakusan, tega merampas hak orang lain, karena segala sesuatu ingin dikuasainya[9]. Egoisme merusak tatanan di masyarakat karena berbagai pelanggaran bisa bermula dari sifat ini, seperti korupsi, penganiayaan dan penindasan. Dan sifat ini bertenetangan dengan kodrat manusia selaku makhluk sosial yang bahkan, islam mengajarkan agar orang lebih mengutamakan orang lain. Maka egoisme harus diobati dengan menumbuhkan sikap kebersamaan, mau berbagi dengan orang lain, dan punya kepedulian agar tidak menjadi manusia yang akan dilempar ke neraka jahannam.
 Seperti dalam QS. Al-A’raf ayat 179 :
ôs)s9ur $tRù&usŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o !$pkÍ5 4 y7Í´¯»s9'ré& ÉO»yè÷RF{$%x. ö@t/ öNèd @|Êr& 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè=Ïÿ»tóø9$# ÇÊÐÒÈ
Artinya: “Dan sungguh, akan kami isi neraka jahnnam banyak dari kalangan jin dan manusia . mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi tidak dipergunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah”.
3.      Dengki (Hasad)
Hasad adalah tidak senang jika mengetahui orang lain senang dan justru senang jika mengetahui orang lain susah[10]. Orang yang dengki menginginkan agar kenikmatan orang lain hilang, jika bisa dapat berpindah kepada dirinya. Hasad hukumnya haram, baik dalam hal duniawi atau hal agama. Dan apalagi kalau hasad itu disertai tindakan, perbuatan, atau ucapan, langsung atau tidak langsung, agar kenikmatan atau kelebihan itu hilang dari pemiliknya. Sifat dengki tidak membawa kebahagiaan di dunia  dan diakhirat nanti. Niscaya justru akan menghasilkan kehinaa demi kehinaan. Karena mereka selalu mencari-cari cela dan aib orang lain dan suka merendahkan orang lain[11].
 Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ, قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لَاتَحَاسَدُوْا وَلَاتَنَاجَشُوْا وَلَاتَبَاغَضُوْا وَلَاتَدَابَرُوْا وَلَايَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوْا عِبَادَاللهِ إِخْوَانًا, اَلْمُسْلِمُ أَخُوْالْمُسْلِمُ لَايَظْلِمُهُ وَلَايَخْذُ لُهُ وَلَا يَكْذِ بُهُ وَلَايَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى هَهُنَا, وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ. بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَأَخَاهُ الْمُسْلِمَ, كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah kalian saling dengki, jangan saling menipu, jangan saling menjauhi, dan jangan sebagian kalian membeli di atas pembelian yang lain.  Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.  Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzaliminya, enggan membelanya, membohonginya dan menghinanya.  Takwa itu di sini—Rasul menunjuk dada beliau tiga kali. Keburukan paling keterlaluan seseorang adalah ia menghina saudaranya yang Muslim.  Setiap Muslim atas Muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR Muslim dan Ahmad).
Orang dengki membuat keberuntungan orang lain sebagai sasarannya. Dia menggunakan setiap cara untuk mengambil kebahagiaan orang lain tersebut. apabila ia merasa bahwa hawa nafsunya tidak memperoleh kepuasan dengan perbuatan itu, bahkan ia mungkin merongrong kebebasan orang yang didengkinya atau bahkan merenggut haknya untuk hidup, semata-mata untuk memenuhi keinginannya yang tak berkesudahan[12].
4.      Sombong (Takabbur)
Sombong adalah merasa lebih baik dari pada orang lain, misalnya merasa lebih terhormat, lebih pantas, lebih pintar, lebih kaya dan sebagainya, sehingga sifat cenderung melecehkan dan memandang rendah terhadap orang lain tanpa ada rasa bersalah, dan tak jarang tega mendhalimi orang lain. Intinya sombong adalah merendahkan orang lain dan menolak kebenaran[13]. Contohnya dahulu kala iblis menghina Nabi Adam as. Karena kesombongannya . Dalam QS. Al-A’raf ayat 12:
tA$s% $tB y7yèuZtB žwr& yàfó¡n@ øŒÎ) y7è?ósDr& ( tA$s% O$tRr& ׎öyz çm÷ZÏiB ÓÍ_tFø)n=yz `ÏB 9$¯R ¼çmtGø)n=yzur `ÏB &ûüÏÛ ÇÊËÈ
Artinya: “(Allah) berfirman, “apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”
Allah SWT  melarang orang-orang yang sombong tersebut , dalam firmannya QS Al-Isra’ ayat 37:
Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( y7¨RÎ) `s9 s-̍øƒrB uÚöF{$# Æs9ur x÷è=ö6s? tA$t6Ågø:$# ZwqèÛ ÇÌÐÈ
Artinya: “Dan janganlah engkau berjala dibumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung”.
5.      Kikir (Bakhil)
Kikir adalah seseorang yang tak ingin apa yang dimiliki terlepas darinya, disengaja ataupun tidak. Imam Ibnu Jauzi dalam kitabnya at-thibbu ar-ruhi mendefinisikan kikir sebagai sifat enggan menunaikan kewajiban, baik harta benda ajau jasa[14].
Rasulullah Saw bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِا لشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيْعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُوْرِ فَفَجَرُوْ (رواه الامام احمد)
“ Hati-hatilah kamu terhadap sifat bakhil, karena bakhil telah merusak orang-orang sebelum kalian. Mereka memutuskan silaturahmi, berbuat bakhil dan berbuat maksiat, semuanya disebabkan oleh penyakit bakhil ini” (HR. Imam Ahmad)
Maka, apabila kita termasuk orang yang seperti itu, hendaknya kita menghilangkan penyakit hati tersebut dengan cara merenungkan bagaimana kondisi kita di Akhirat kelak bila sifat kikir itu dipelihara terus-terusan. Malah bisa jadi balasan buruknya bukan sekadar didapat di Akhirat, di Dunia pun bisa jadi dapat juga[15]. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-imran ayat 180:
Ÿwur ¨ûtù|¡øts tûïÏ%©!$# tbqè=yö7tƒ !$yJÎ/ ãNßg9s?#uä ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù uqèd #ZŽöyz Nçl°; ( ö@t/ uqèd @ŽŸ° öNçl°; ( tbqè%§qsÜãy $tB (#qè=σr2 ¾ÏmÎ/ tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# 3 ¬!ur ß^ºuŽÏB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 3 ª!$#ur $oÿÏ3 tbqè=yJ÷ès? ׎Î6yz ÇÊÑÉÈ
            Artinya : “Dan janganlah Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan akan dikalungkan kelak di lehernya pada hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran: 180)
Allah SWT melarang sikap seperti itu dalam QS. Al-isra’ ayat 29 :
Ÿwur ö@yèøgrB x8ytƒ »'s!qè=øótB 4n<Î) y7É)ãZãã Ÿwur $ygôÜÝ¡ö6s? ¨@ä. ÅÝó¡t6ø9$# yãèø)tFsù $YBqè=tB #·qÝ¡øt¤C ÇËÒÈ
Artinya: “Dan janganlah engkau jadikan tangan-mu terbelenggu pada lehermu, dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah), nanti kamu menjadi tercela dan menyesal”.
6.      Berburuk Sangka (Su’udhan)
Su’udhan adalah perasaan atau sikap yang selalu mencurigai orang lain, sehingga apapun yang dilakukan orang lain harus diintai, sebab apapun yang ada dan terjadi dihadapannya selalu salah, yang benar dan baik hanyalah dirinya sendiri[16].
Sifat ini dilarang oleh Allah SWT dalam QS. Al-Hujurat ayat 12:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qç7Ï^tGô_$# #ZŽÏWx. z`ÏiB Çd`©à9$# žcÎ) uÙ÷èt/ Çd`©à9$# ÒOøOÎ) ( Ÿwur (#qÝ¡¡¡pgrB Ÿwur =tGøótƒ Nä3àÒ÷è­/ $³Ò÷èt/ 4 =Ïtär& óOà2ßtnr& br& Ÿ@à2ù'tƒ zNóss9 ÏmŠÅzr& $\GøŠtB çnqßJçF÷d̍s3sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# Ò>#§qs? ×LìÏm§ ÇÊËÈ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah dari banyak prasangka, sesungguhnya bagian dari prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha penerima taubat, Maha penyayang”.
Sifat ini perlu disembuhkan dengan menyadari bahwa mempercayai orang lain itu penting dan akan membawa kebaikan, bagi diri orang yang mempercayai hati menjadi tenang, sedang bagi yang dipercaya akan merasa diuwengko.
7.      Riya’
 Riya ’ adalah memperlihatkan suatu amal sholeh kepada sesama manusia. Menurut Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu”.Menurut Imam Al-Ghazali riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan[17]. Allah melarang sifat tersebut dalam QS. Al-Baqarah ayat 264 :
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qè=ÏÜö7è? Nä3ÏG»s%y|¹ Çd`yJø9$$Î/ 3sŒF{$#ur É©9$%x. ß,ÏÿYム¼ã&s!$tB uä!$sÍ Ĩ$¨Z9$# Ÿwur ß`ÏB÷sム«!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# ( ¼ã&é#sVyJsù È@sVyJx. Ab#uqøÿ|¹ Ïmøn=tã Ò>#tè? ¼çmt/$|¹r'sù ×@Î/#ur ¼çmŸ2uŽtIsù #V$ù#|¹ ( žw šcrâÏø)tƒ 4n?tã &äóÓx« $£JÏiB (#qç7|¡Ÿ2 3 ª!$#ur Ÿw Ïôgtƒ tPöqs)ø9$# tûï͍Ïÿ»s3ø9$# ÇËÏÍÈ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian menghilangkan pahala shadaqah kalian dengan menyebut-nyebutnya atau menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak berimana kepada Allah dan hari kemudian  perumpamaannya seperti batu licin yang diatasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggalah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apapun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 264)
8.      Syirik
Syrik berasal dari kata syaraka-yasyraku-syirkan. Kemudian mendapatkan awalan alif menjadi asyarka-yusyriku-isyrakan, artinya mencapurkan atau meyekutukan, campur aduk, tidak karuan, dan lai-lain. Dengan kata lain, syirik merupakan lawan kata ikhlas, yang artinya murni, bersih tidak tercampur dengan sesuatu[18].
Definisi umum adalah menyamakan sesutau dengan Allah SWT. Dalam hal-hal yang secara khusus dimiliki Allah SWT. Syirik ada dua macam; Syirik akbar dan syirik asghar. Syirik akbar adalah menjadikan sekutu selain Allah SWT. Syirik Asghar adalah setiap perbuatan yang menuju syirik akbar.
Allah SWT melarang perbauatan ini dalam QS. An-Nisa’ ayat 36:
* (#rßç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·qãsù ÇÌÏÈ
             Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”.
D.    Pengobatan Penyakit Hati
1.      Menurut Yunasril Ali , mengobati penyakit hati salah satunya dapat ditempuh dengan mensucikan hati yang merupakan perpaduan dari konsep menjernihkan kalbu dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga lebih terfokus pada kiat-kiat sufiyah[19].
2.      Menurut Ibn Taimiyah, ada tiga hal yang dapat dijadikan sebagai obat penyakit hati.
a.       Al-Quran adalah penyembuh bagi penyakit hati yang berada didalam dada dan bagi orang yang dalam hatinya ada penyakit kerguan dan syahwat. Al-quran dapat memberikan petunjuk dan sebagainya.
b.      Amal saleh, hati tidak akan berkembang dengan baik atau mencapai kesempurnaan tanpa memberinya suatu yang bermanfaat dan menolak hal-hal yang membawa kemudharatan, oleh karena itu, tatkala sedekah dapat menghapus kesalahan sebagaimana air  dapat memadamkan api.
c.       Meninggalkan maksiat, artinya menyucikan dari hal-hal yang bersifat buruk supaya penyakit hati tersebut tida bertambah parah[20].
3.      Menurut Amin Syukur, ada beberapa yang harus dilakukan dalam penyembuhan penyakit hati :
a.       Bertaubat, yaitu memohon ampuna kepada Allah SWT atas segala perbuatan dosa yang telah dilakukan. Dan tidak mengulangi perbuatan yang salah kembali.
b.      Qana’ah, yaitu perasaan rela menerima pemberian yang sedikit, maka dia tidak pernah rakus ataupun tamak dalam kehidupannya.
c.       Mempelajari syari’at guna meningkatkan kualitas takwanya.
d.      Memelihara sunah-sunah Nabi, baik dalam pengertian melaksanakan/ibadah sunat maupun mencontoh adab Nabi.
e.       Memperbanyak wirid dan dzikir[21]. 














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penyakit hati menurut Islam- adalah  suatu bentuk kerusakan yang menimpa hati, yang berakibat dengan tidak mampunya hati untuk melihat kebenaran. Akibatnya seorang yang memiliki penyakit hati tersebut menolak semua kebenaran dan hal yang bermanfaat sehingga dapat merugikan bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Seorang yang memiliki penyakit hati biasanya selalu berpikir negatif tentang segala sesuatu dan tidak mau menerima keadaan , melakukan sesuatu hanya untuk kepentingan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain atau mengejar kesenangan dirinya. Macam-macam penyakit hati diantaranya adalah Riya’,Syirik, Marah, Sombong dan sebagainya. Cara mengobati penyakit hati tersebut adalah dengan cara menjauhi segala perbuatan yang mendekatkan orang pada penyakit hati dan melakukan kegiatan-kegaiatan yang bermanfaat contohnya memperbanyak dzikir dan membaca Al-qur’an.
B.     Saran
Penyakit hati merupakan perbuatan dosa besar, sehingga kita harus menjauhi perbuatan yang mengarah kepada penyakit hati. Salah satunya adalah dengan cara banyak beribadah kepada Allah SWT. Dan banyak membaca Al-quran. Supaya iman kita menjadi semakin kuat, tidak terpengaruh kepada hal-hal yang membawa kita kepada perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.




DAFTAR PUSTAKA
Barozi, Ahmad. Fathin Mazayasyah, Abu Azka. Penyakit Hati dan Penyembuhannya.             Jogjakarta: Darul Hikmah,2008
Syukur, Amin. Tasawuf Konstekstual Solusi Problem Manusia Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003
Rochman, Kholil Lul. Terapi Penyakit Hati Menurut Ibn Taimiyah Dalam Perspektif Bimbingan Konseling. Purwokerto: Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol.3 No.2
Mubaroq, Husni. Pengaruh Maksiat Terhadap Penyakit Hati Menurut Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,2008



[1] Kholil Lul Rochman,”Jurnal Dakwah dan Komunikasi”. Terapi Penyakit Hati Menurut Ibn Taimiyah Dalam Perspektif Bimbingan Konseling Islam. vol.3 no.2, Juli-Desember 2009
[2] Ahmad Barozi, Abu Azka Fathin Mazayasyah,Penyakit Hati (Jogjakarta:Darul Hikmah,2008),hlm.10
[3] Husni Mubaroq,”Pengaruh Maksiat Terhadap Penyakit Hati Menurut Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah”(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah,2008),hlm.33
[4] Ibid.,hlm.34
[5] Ahmad Barozi, Abu Azka Fathin Mazayasyah,Penyakit Hati (Jogjakarta:Darul Hikmah,2008),hlm.38
[6] Ibid.,hlm.81
[7] Husni Mubaroq,”Pengaruh Maksiat Terhadap Penyakit Hati Menurut Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah”(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah,2008),hlm.36
[8] Ibid.,hlm.37
[9] Ibid.,hlm.38
[10] Ibid.,hlm.39
[11] Ahmad Barozi, Abu Azka Fathin Mazayasyah,Penyakit Hati (Jogjakarta:DarulHikmah,2008), hlm.190
[12] Husni Mubaroq,”Pengaruh Maksiat Terhadap Penyakit Hati Menurut Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah”(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah,2008),hlm.39
[13] Ibid.,hlm.41
[14] Husni Mubaroq,”Pengaruh Maksiat Terhadap Penyakit Hati Menurut Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah”(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah,2008),hlm.43
[15] Ibid.,
[16] Ibid.,hlm.44
[17] Ahmad Barozi, Abu Azka Fathin Mazayasyah,Penyakit Hati (Jogjakarta:DarulHikmah,2008), hlm.175
[18] Ibid.,hlm.166
[19] Kholil Lul Rochman,”Jurnal Dakwah dan Komunikasi”. Terapi Penyakit Hati Menurut Ibn Taimiyah Dalam Perspektif Bimbingan Konseling Islam. vol.3 no.2, Juli-Desember 2009
[20] Ibid.,
[21] Husni Mubaroq,”Pengaruh Maksiat Terhadap Penyakit Hati Menurut Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah”(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah,2008),hlm.47



No comments:

Post a Comment

Tasawuf Irfani, Konsep dan Tokohnya

MAKALAH TASAWUF IRFANI : (Konsep dan Tokohnya) Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahAkhlaqTasawuf Dosen Pengampu: Moch. Cho...