
DISUSUN
OLEH
Firly Ramadhani 20170703021062
Humaidi Asrory 20170703021078
Mochammad Agung Fadlrullah 20170703021125
Moh Dendi Taufik Kurrahman 20170703021129
Mohammad Irwan Arisandi 20170703021131
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
JURUSAN
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PERBANKAN
SYARI’AH
2017/2018
Assalamu’alaikum
Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah Akhlak Tasawufdapat
terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk membahas mengenai
“Sejarah dan Perkembangan Tasawuf”
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan harapan
dapat membantu pembaca untuk lebih memahami lagi tentang Sejarah dan
Perkembanga Tasawuf yang ada di Negara Indonesia ini untuk memperlancar proses
pembelajaran.
Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang
tepat.Dengan ini, kami memohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak
kekurangan.Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wa’alaikumsalam
Wr.Wb.
Pamekasan,
28 September 2017
Penyusun
Tasawuf merupakan salah satu aspek
(esoteris) Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya
komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya. Esensi tasawuf
sebenarnya telah ada sejak masa kehidupan rasulullah saw, namun tasawuf sebagai
ilmu keislaman adalah hasil kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman
lainnya seperti fiqih dan ilmu tauhid. Pada masa rasulullah belum dikenal
istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah sebutan sahabat nabi.
Sebelum adanya aliran dalam istilah
tasawuf memiliki beberapa faktor dan berbagai macam alirannya.
Oleh karena itu, pada makalah ini
akan di bahas tentang “Sejarah dan Perkembangan Tasawuf”.
1. Bagaimana
perkembangan Tasawuf pada abad kesatu dan kedua?
2. Bagaimana
perkembangan Tasawuf pada abad ketiga dan keempat?
3. Bgaiamana
perkembangan Tasawuf pada abad kelima?
4. Bagaimana
perkembangan Tasawuf pada abad keenam,ketujuh dan kedelapan?
5. Bagaimana
perkembangan Tasawuf pada abad kesembilan,kesepuluhdan sesudahnya?
1.
Mengetahui
perkembangan Tasawuf pada abad kesatu dan kedua
2.
Mengetahuiperkembangan
Tasawuf pada abad ketiga dan keempat
Mengetahui perkembangan Tasawuf pada abad kelima
Mengetahui perkembangan Tasawuf pada abad kelima
3.
Mengetahui
perkembangan Tasawuf pada abad keenam,ketujuh dan kedelapan
4.
Mengetahui
perkembangan Tasawuf pada abad kesembilan,kesepuluh hijriyah dan sesudahnya
1. Aliran
Madinah
Sejak masa awal, di Madinah telah
muncul para sufi. Mereka kuat bepengang teguh pada Al-quran dan As-sunnah, dan
menetapkan Rasulullah SAW.Sebagai panutan kezuhudannya.Para sahabat dalam
kehidupannya selalu mencontoh kehidupan Rasulullah SAW.Yang serbasederhana dalam
hidupnya hanya diabdikan kepada Tuhannya.Para sahabat tersebut adalah sebagai
berikut.[1]
a. Abu
Bakar Ash-shiddiq
Beliau adalah saudagar yang kaya
raya ketika masi berada di makkah. Tapi ketika ia hijrah ke madinah, harta
kekayaanya telah habis disumbangkan untuk kepentingan tegaknya agama Allah,
sehingga ia dan keluarganya mengalami kemiskinan dalam hidupnya.
b. Umar
bin Khattab
Beliau termasuk orang yang tinggi
kasih sayangnya terhadap sesame manusia. Maka ketika ia menjadi khalifah,
beliau selalu mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan rakyatnya.
Suatu ketika, Umar mendapatkan
seorang ibu yang berpura pura memasak untuk menenangkan tangis anak anaknya
yang sangat lapar. Ketika Umar menyelidikinya ia melihat bahwa yang dimasak itu
adalah batu, maka beliau bertanya pada ibu itu; mengapa anda tidak memasak
roti, hanya masak batu? Jawab si ibu, saya tidak mempunyai gandum di Baitul
Mal, kemudian ia sendiri yang memikulnya untuk diberikan pada ibu yang miskin
tadi. Maka disinilah terlihat sikap tawaddhu’ umar sebagai seorang sufi. Dan ia
pulang senang hidup dalam kemiskinan sebagaimana halnya Abu Bakar.
c. Ustman
bin Affan [2]
Meskipun ia diberikan kelapangan
rizki oleh Allah, namun ia selalu ingin hidup sederhana. Sedangkan fakta
kekayaannya yang berlimpah ruah, selalu menjadikan sarana untuk menolong orang
orang miskin, hal ini tergambar pada dirinya bahwa ia termasuk sufi karna
beliau tidak tertarik pada kekayaan atau kesenangan duniawi.
d. Ali
bin Abi Thalib
Beliau juga termasuk orang yang
senang hidup sederhana, sehingga diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain berkata
kepadanya: mengapa khalifah senang memakai baju itu, padahal sudah robek robek?Ali
menjawab, aku senang memakainya agar menjadi teladan kepada orang banyak,
sehingga mereka mengerti bahwa hidup sederhana merupakan sikap yang mulia. Maka
sikap dan pernyataan inilah yang menandakan diri beliau sebagai seorang sufi.
e. Salman
Al-Farisi
Sejak Salman masih beragama masehi,
dia sudah dikenal sebagai orang yang sangat arif dan mengetahui secara mendalam
ilmu ilmu gaib.Ia pernah meramalkan akan datangnya seorang Rasul yang terakhir
(yaitu Muhammad). Ia pun tergolong ahli zuuhud orang orang Masehi yang senang
mengembara ke berbagai negeri dengan cara hidup yang miskin,padahal ia adalah
seorang putra dari penguasa yang kaya raya di suatu negeri. Ketika bertemu
dengan Rasulullah, ia lngsung mempercayai ajarannya, katena telah melihat tanda
tanda kenabian pada bahu sebelah kanan beliau, yang persis sama dengan tanda
tanda yang pernah di beritakan sebelumnya dalam kitab Injil. Dan ketika ia
menganut agama islam, ia tertarik kepada ajaran Tasawuf, sehingga sangat tekun
mencontohi kehidupan nabi dalam bidang tersebut.
Dalam kehidupannya sebagai seorang
sufi, maka ia tergolong dari “Ahlus Suffah” yang selalu mengamalkan ajaran
zuhud; yang pada akhirnya ajaran tersebut berkembang dikota Basrah di akhir
abad kedua Hijryah.[3]
f. Abu
Dzar Al-Ghifary
Ia adalah seorang sufi yang selalu
mengamalkan ajaran zuhud yang telah dirintis oleh Abu Bakar dan Umar. Ia lebih
senang memilih cara hidup miskin dan sangat senang menerima berbagai macam
cobaan dari Allah SWT. Ia menganggap bahwa[4]
cobaan itu merupakan perhatian Tuhan terhadapnya. Oleh karena itu, setiap kali
merasa di coba Allah SWT, ia mengucapkan kalimat syukur dan tahmid.
g. Ammar
bin Yasir
Ia adalah seorang sufi yang sangat
setia kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, sehingga terlihat ajaran tasawufnya
sama dengan ajaran tasawuf yang diamalkan oleh Ali sebelumnya. Ia juga termasuk
salah seorang dari Ahlus Suffah yang
pernah menyatakan bahwa amalan zuhud merupakan perhiasan dalam segala kebaikan.
Menurutnya, sorang hamba yang menginginkan kemuliaan dari Allah SWT, harus
menghiasi dirinya dengan amalan zuhud, dan menjauhkan dirinya dari kemewahan
harta benda.
h. Hudzaifah
bin Al-Yaman
Ia juga salah seorang sufi yang
setia kepada Ali bin Abi Thalib, sebagaimana halnya Ammar bin Yasir.Ia juga
tergolong sebagai orang yang alim dan bijaksana dalam hal tasawuf. Dalam
mengajarkan tasawuf,ia selalu mendapatkan bimbingan dari Ali, terutama cara
mengajarkan ilmu kepada murid muridnya. Ali sering memerintahkannya agar tidak
menerima sembarang orang menjadi muridnya dalam pengajaran tasawuf sebab hal
itu bisa berbahaya bagi murid yang tidak mampu menerimanya. Menurut Ali, ilmu tasawuf
merupakan ilmu yang sangat tinggi. Oleh karena itu, orang yang diajarkan ilmu
tersebut, harus disesuaikan dengan kemamuan akal dan perasaan.[5]
i.
Al-Miqdad bin Al-Aswad
ia adalah seorang sufi yang bepegang
teguh pada ajaran zuhud, dan termasuk salah seorang Ulama sufi yang sangat
menentang kebijaksanaan politik yang dijalankan oleh Khalifah Usman. Tetapi
setelah ia wafat, bahkan Khalifah Usman sering mengemukakan kekagumannya, dan
memuji cara hidup miqdad, yang dibilangnya sebagai salah seorang ulama sufi
yang terkemuka.
Kepopuleran nama Miqda, bukan karena
seringnya menentang dan menunjukkan kesalahan Usman, tetapi karena banyak murid
muridnya menjadi ulama besar, yang sering menunjukkan kelenihan gurunya,
terutama sekali [6]ketekunannya
dalam mengamalkan ajraan zuhud. Dan kealimannya sangat memukau orang orang yang
melihatnya, terutama pemuka masyarakat dan pegawai pegawai pemerintahan ketika
itu.
Uraian ini menjelaskan bahwa aliran
Madinah berpegang teguh pada asketisme dan kerendah hatian Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, aliran ini tidak begitu terpengaruh oleh aliran-aliran social yang
berlangsung pada masa Dinasty Amawiyah, dan prindip-prinsipya tidak berubah
sekalipun mendapat tekanan dari penguasa.
2. Aliran
Basrah
Louis Massignon mengemukakan bahwa
pada abad kesatu dan kedua Hijryah terdapat dua aliran aketisme Islam yang
menonjol, yaitu Basrah dan Kufah.Di antara tokoh yang menonjol dari aliran
Basrah.
a. Al-Hasan
Al-Bashry
Ia mendapat ajaran tasawuf dari
Huzaifah bin Al-Yaman, sehingga ajaran itu memengaruhi sikap dan perilakunya
dalamkehidupannya sehari-hari sehingga ia dikenal sebagai ulama sufi yang
sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasia yang terkandug dalam ajaran Islam
dan sangat menguasai ilu batin.
Dasar pendirian Al-Basri adalah zuhd terhadap dunia, menolak segala
kemegahannya, hanya menuju kepada Allah SWT, tawakal, khauf, dan raja’.
b. Rabi’ah
Al-Adawiyah
Ia terkenal sebagai Ulama Sufi
wanita yang mempunyai banyak murid dari kalangan wanita pula.
Kalau Al-Hasan menganut ajaran zuhud
dengan menonjolkan ajaran falsafah tawakal, kauf, dan raja’, maka Rabi’ah
menganut ajaran zuhud dengan menonjolkan falsafah hub (cinta) dan syauq (rindu)
kepada Allah SWT.
c. Malik
bin Dinar
Ibnu Khallikan menjelaskan bahwa
Malik adalah seorang ilmuan yang asketis dan rendah hati. Bahkan, ia adalah
seorang yang suka merendah dan tidak mau makan, kecuali dari hasil kerjanya
sendiri. Pekerjaannya adalah menulis mushaf dengan upah.Di antara ucapannya
adalah, “Barang siapa menyertaiku dalam kesederhanaan hidup, dia
besertaku.Kalau tidak, lebih baik berpisah[7]
dariku.” Sementara doanya yang terkenal adalah, “Ya tuhanku, janganlah Kau
masukkan apapun kerumah Malik bin Dinar”
Corak tasawuf pada aliran Basrah
adalah rasa takut yang berlebihan. Hal itu menurut Ibnu Tamiyyah karena adanya
kompetisi antara mereka dan para sufi Kufah.
3. Aliran
Kufah
Aliran Kufah bercorak idealistis,
menyukai hal-hal aneh dalam nahwu, imajinasi dalam puisi, dan harfiah dalam
hadis.Mereka cenderung pada aliran Syi’ah dan Murji’ah.Itu terjadi karena
Syi’ah adalah aliran kalam yang pertama kali muncul di Kufah.Di antara
tokoh-tokohnya sebagai berikut.
a. Sufyan
Ats-Tsaury
Sufyan Ats-Tsury selama hidupnya
diisi dengan pengabdian secara tasawuf, dan aktif mengajarkan ilmu yang ada
padanya.Ia pun selalu menyerukan kepada sesama ulama agar menjauhkan dirnya
dari godaan dunia yang sering membawa manusia lupa mengabdikan dirinya kepada
Tuhan.
b. Ar-Rabi’
bin Khatsim
Di antara ucapannya adalah, “Duh,
saudaraku!Jadilah pelindung dirimu sendiri.Kalau tidak, kamu akan
hancur.”“Segala sesuatu yang tidak mengharap karunia Allah SWT. Akan hancur
lebur” “Aku suka menjadikan diriku tertimpa cobaan hidup.” Dia pun terkenal
dengan rasa takutnya terhadap akhirat.Asy-Sya’ rani meriwayatkan bahwa apabila
ada orang pergi ke kuburan, Ar-Rabi’ berkata, “Wahai penghuni kubur! Kami
beserta kalian.” Lalu, ia tidur semalaman dan ia paginya tampak seakan-akan
baru bangkit dari kuburnya.
c. Said
bin Jubair
Said termsuk tabi,in. Ia wafat
dibunuh Al-Hajjaj. Mengenai kematiannya, Ahmad bin Hanbal berkata, “Al-Hajjaj
telaj membunuh Sa’id bin Jubair, padahal tidak ada seorang pun di muka bumi ini
yang tidak membutuhkan ilmunya.” Sementara itu , Ibnu Khallikan meriwayatkan
suatu dialog yang berlangsung antara Said dan Al-Hallaj. Dari dialog tesebut
tampak kesufian, kerendahhatian dan keberaniannya penguasa tiran.
d. Thawus
bin Khisan
Menurut Ibnu Khallikan, ia seorang
faqih yang cakap dan cerdas. Selain itu ia di cintai para keturunan Nabi
Muhammad SAW. Ia pernah member saran kepada ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz. Keutamaanya
diakui Malik bin Anas. Di antara ucapannya adalah, “Orang yang menerima azab
yang paling pedih pada hari kiamat adalah yang menyekutukan Allah SWT.Dengan
kekuasaannya dan bertindak zalim.”
4. Aliran
Mesir
Pada abad pertama Hijryah,
ulama-ulama tasawuf hanya berada di beberapa kota yang tidak jauh dari kota
Madinah, seperti kota Mekah, Kufah, Basrah dan kota-kota kecil lainnya. Akan
tetapi pada abad kedua Hijryah, ulama-ulama tersebut sudah menyebar keberbagai
negeri di wilayah kekuasaan Islam. Kalau pada abad pertama, idtilah sufi masih
kurang dikenal oleh masyarakat islam, kecuali yang dikenalnya dengan memberikan
nama kepada ahli zahud.
Secara
umum, tasawuf pada abad pertama dan kedua Hijryah memiliki karakteristik
berikut.
·
Berdasarkan ide menjauhi hal-hal
duniawi demi meraih pahala dan memelihara diri dari azab neraka. Ide ini erakar
dari ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah dan sebagai dampak berbagai kondisi
sosiopolitik yang berkembang dalam masyarakat Islam ketika itu.
·
Bercorak praktis. Para tokohnya
tidak menaruh perhatian untuk menyusun teoretis ats tasawuf. Sementara
sarana-sarana praktisnya adalah hidup ketenangan dan kesederhanaan secara
penuh., sedikit makan ataupun minum, banyak beribadah dan mengingat Allah SWT,
berlebihan dalam merasa berdosa, tunduk mutlak kepada Allh SWT, dan berserah
diri kepada-Nya. Dengan demikian, tasawuf pada saat itu mengarah pada tujuan
moral.
·
Motivasi tasawufnya adalah rasa
takut, yaitu yang muncul dari landasan keagamaan secara bersungguh-sungguh.
Sementara, pada akhir abad kedua Hijryah di tangan Rabi’ah Al-Adawiah, muncul
motivasi cinta kepada Allah SWT.[8]
·
Ditandai dengan kedalaman membuat
analisis khususnya di Khurasan yang dipandang sebagai pendahluan tasawuf secara
teoristis.
1) Perkembangan
Tasawuf pada Abad Ketiga Hijryah
Pada
abad ketiga Hijryah, terlihat adanya peralihan konkret pada asketisme Islam.
Para asketis masa itu tidak lagi dikenal dengan gelaran tersebut, tetapi lebih
dikenal dengan sebutan sufi. Merekaun cenderung memperbincangkan konsep-konsep
yang sebelumnya tidak dikenal, misalnya tentang moral, jiwa, tingkah laku,
fana’, penyatuan atau hulul.[9]
a. Abu
Sulaiman Ad-Darany
Nama sebenarnya adalah Abdurrahman
bin Athiyah, yang dibesarkan di sebuah perkampungan di Damaskus, yang bernama,
“Daran”, Maka namanya pun dinisbatkankepada kampung tersebut, sehingga menjadi
kata Ad-Darany. Ia dikenal sebagai seorang sufi yang menguasai ilmu Hakikat,
dan sikapnya sangat wara’ serta selalu rela meneriama segala cobaan yang sering
menimpa dirinya.
b. Ahmad
bin Al-Hawary
Ia dilahirkan di Damaskus, dan dikenal
oleh penduduk Syam (Siriah) sebagai ahli Psikologi dan Ilmu Akhlak. Ia sebagai
salah seorang murid Sufyan bin Unaiyah dan sahabat dekat dengan Abu Sulaiman
Ad-Darany.
c. Dzu
An-Nun Al-Misri
Dialah yang dianggap oleh
orang-orang Mesir sebagai seorang Sufi yang pertama-tama memperkenalkan istilah
maqam dalam Ilmu Tasawuf. Mengenai ajaran tasawuf yang di anutnya, cenderung
bercorak filsafat Kimia, sehingga ia pernah dituduh o;eh orang mesir sebagai
orang zindiq.
d. Abu
Yazid Al-Bustami
Ia mulai belajar Ilmu Fiqh dari
ulama yang bermahzab Hanafi. Adapun Ilmu Tauhid dan Ilmu Tasawuf yang
didapatkan dari gurunya yang bernama Abu Ali As-Sindy, sangat bertentangan
dengan paham Sunni sehingga ia dan murid-muridnya selalu diancam hukuman atas
permintaan ulama-ulama Sunni kepada penguasa pemerintahan ketika itu. Dalam
ajaran tasawufnya terkandung falsafah[10]hulul dan ittihad, yang kadang-kadang di ungkapkannya dalam cerita-cerita
yang mengandung ibarat.
e. Junaid
Al-Baghdadi
Di antara ucapan-ucapannya yang
mengandung keterangan tasawuf, antara lain disebutkan: Tuhan menuangkan
kebajikan-Nya kedalam hatiseseorang yang selalu menyediakan ingatan
kepadan-Nya. Karena itu, engkau jangan lupa melihat kesalahan hatimu.Sebab lupa
kepada Tuhan, lebih menakutkan dari pada masuk kedalam neraka.Apabila engkau
bertemu dengan seorang fakir, janganlah engkau engkau mulai dengan ilmu
pengetahuan, tetapi mulailah dengan sikapmu yang lemah-lembut
terhadapnya.Karena ilmu itu membuat mereka menjadi liar, sedangkan ssikapmu
yang lemah-lembut, membuat mereka menjadi jinak.[11]
f. Al-Hallaj
Nama lengkapnya Husein bin Manshur
bin Muhammad Al-Hallaj. Ia dilahirkan disebuah desa bernama “Thur”, dekat desa
Baidha’ di Persia. Dalam sejarah tasawuf, dialah sufi yang terkenal kegigihan
mempertahankan pendapatnya, terutama falsafah al-hulul yang dianutnya seingga
melahirkan pernyataan yang mengatakan “anal haq” (saya adalah tuhan).
Pernyataan itulah yang mengundang protes para fuqaha, bahkan ahli tasawuf pun
yang yang berbeda dengan pahamnya, menuduh Al-Hallaj.Ketika dihadapkan dengan
pengadilan untuk ditanyai tentang falsafah hululya.
2) Perkembangan
Tasawuf Pada Abad Keempat Hijriyah
Abad ini ditandai dengan kemajuan
ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuannya pada abad ketiga
karena usaha maksimal para ulamatasawuf untuk mngembangkan ajaran-ajaran
tasawufnya masing-masing. Kota Baghdad sebagai satu-satunya kota yang terkenal
sebagai pusatkegiatan tasawuf yang paling besar sebelum masa iltu, mulai tersaingi
oleh kota-kota besar lainnya.
Upaya untuk mengembangkan ajaran
tasawuf di luar kota Baghdad, dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf yang
terkenal kealimannya, antara lain:
a. Musa
Al-Anshary, mengajarkan ilmu tasawuf di Khurasan
b. Abu
Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy, mengajarkan disalah satu kota mesir[12]
c. Abu
Zaid Al-Adamy, mengajarkan di semenanjung Arabia
d. Abu
Ali Muhammad bin Abdil Wahhab As-Saqafy, mengajarkan di Naisabur
Ciri-ciri lain yang terdapat pada
abad ini adalah semakn kuat unsur filsafat yang memengaruhi corak tasawuf
karena banyaknya buku filsafat yang tersebar dikalangan umat Islam dari hasil
terjemahan orang-orang muslim sejak permulaan Daulah Abbasiyah. Poada abad ini
pula, mulai dijelaskannya perbedaan ilmu zahir dan ilmu batin, yang dapat
dibagi oleh ahli tasawuf menjadi empat macam yaitu:
·
Ilmu syari’ah
·
Ilmu tariqah
·
Ilmu haqiqah
·
Ilmu ma’rifah
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada
abad ketiga dan keempat muncul dua aliran tasawuf, yaitu aliran tasawuf Sunni
dan tasawuf semifilosolis.Pada abad kelima, aliran yang pertama terus gumbllh
dan berkembang. Sebaliknya, aliran kedua mulai tenggelam dan baru muncul
kembali, dalam bentuk lain, yaitu pada pribadipribadi para sufi yang juga
filsuf abad keenam dan setelahnya.
Tenggelamnya aliran kedua pada abad kelima
disebabkan berjayanya aliran teologi Ahlus Sunnah wal Jama'ah karena keunggulan
Abu Al-Hasan Al-Asy'ari (w. 324 H) atas aliran-aliran lainnya, dengan
kritikannya yang keras terhadap keekstreman tasawuf Abu Yazid A1Bustami dan
Al-Hallaj ataupun para sufi lain yang ungkapanungkapannya ganjil, termasuk
kecamannya terhadap semua bentuk berbagai penyimpangan lainnya. Oleh karena
itu, tasawuf pada abad kelima cenderung mengadakan pembaharuan, yaitu dengan
mengembalikannya pada landasan Al-Quran dan As-Sunnah.
Di antara tokoh-tokoh tasawuf abad ini
adalah sebagai berikut.
a. Al-Qusyairi (376-465 H)
Al-Qusyairi adalah salah seorang tokoh
sufi utama dari abad kelima Hijriah. Kedudukannya demikian penting mengingat
karyakaryanya tentang para sufi dan tasawuf aliran Sunni pada abad ' ketiga dan
keempat Hijriah, menyebabkan terpeliharanya pendapat dan khazanah tasawuf pada
masa itu, baik dari segi teoretis maupun praktis.
Nami lengkap Al-Qusyain' adalah 'Abdul
Karim bin Hawazin, lahir dalam H di Istiwa, kawasan Naishabur, salah satu pusat
ilmu pengetah pada masanya. Di sini, ia bertemu dengan gurunya, Abu 'Ali
Ad-quaq, seorang sufi terkenal. Al-Qusyairi selalu menghadiri majelis gurunya,
dan dari gurunya itulah, Al-Qusyairi menempuh jalan tasawuf.Sang guru ini
menyamakan untuk pertama-tama mempelajari syariat. Oleh karena itu, Al-Qusyairi
lalu mempelajari fiqh pada seorang fakih, Abu Bakr Muhammad bin Abu Bakr
Ath-Thusi (wafat tahun 405 H), dan mempelajari ilmu kalam serta ushul fiqh pada
Abu Bakr bin Farauk (wafat tahun 406 H). Selain itu, ia pun menjadi murid Abu
Ishaq Al-lsfarayini (wafat tahun 418 H) dan menelaah banyak karya-karya
Al-Baqillanr'. Dari situlah, Al-Qusyairi berhasil menguasai doktrin Ahlus
Sunnah wal Jama'ah yang dikembangkan Al-Asy'an' dan muridnya.AlQusyairi adalah
pembela paling tangguh aliran tersebut dalam menentang doktrin aliran-aliran
Mu'tazilah, Karamiyyah, Mujassamah, dan Syi'ah. Karena tindakannya, ia mendapat
serangan keras, bahkan sampai dipenjara sebulan lebih atas perintah Tughrul Bek
karena hasutan seorang menterinya yang menganut aliran Mu'tazilah Rafidhah.
Bencana yang menimpa dirinya, bermula tahun 445 H, diuraikannya dalam karyanya,
Syikayah Ahl As-Sunnah. Menurut B. Khallikan, Al-Qusyairi adalah seorang yang
mampu “mengomprornikan syariat dengan hakikat." Al-Qusyairi wafat tahun
465 H.
Seandainya lkarya Al-Qusyairi, Ar-Risalah
AI-Qusyairiyyah, dikaji secara mendalam; akan tampak jelas bagaimana
Al-Qusyairi cenderung mengembalikan sawuf ke atas landasan doktrin Ahlus Sunnah
wal Jama'ah.
Selain itu, Al usyairi pun mengecam keras
para sufi pada masanya karena kegemaran mereka mempergunakan pakaian
orang-orang miskin, sementara tindakan mereka pada saat yang sama bertentangan
dengan pakaian mereka. Ia menekankan bahwa kesehatan batin, dengan
berpegang-teguh pada Avauran dan As-Sunnah, lebih penting daripada pakaian
lahiriah. [13]
b. Al-Harawi (lahir 396 H)
Nama lengkap .gl-Haram adalah Abu Isma'il
bin Muhammad Al» Anshari, lahir tahun 396 H di Herat, kawasan Khurasan. Ia
adalah seorang faqih aliran Hambaliyyah yang terkenal. Karya-karyanya di bidang
tasawuf dipandang bernilai. Karyanya yang paling terkenal adalah MamTziI
As-Sa’irin ila Rabb Al-‘Alamm yang mendapat komentar ataupun syarah dari
beberapa ahli. Komentar yang terpenting adalah dari Ibnu Qayyim (w. 751 H.)
yang dikenal dengan Madan'j As-Sahkin.
Al-Harawi adalah seorang penyusun teori
kefanaan dalam kesatuan, yang mirip teori Al-Junaid.Teorinya lalu diberi
komentar dan dipertahankan oleh lbnu Qayyim dalam karyanya, Madarij AsSZIikfn,
yang menekankan terdapatnya perbedaan kefanaan dalam kesatuan dengan penyatuan
atau panteisme.
Dalam kedudukannya sebagai seorang
penganut aliran Sunni, A1Harawi melancarkan kritik terhadap para sufi yang
terkenal dengan keganjilan ungkapan-ungkapannya. Ia pun mengemukakan bahwa
tingkatan ketenteraman yang timbul dari rida Allah SWT., sebagai pencegah keganjilan
ungkapan-ungkapan.[14]
c, AI-Ghazali (450-405 H)
Al-Ghazali dilahirkan di desa Thus, pada tahun
450 .di/ 1057 M dan wafat tahun 505 H/1111 M. Pada masa hidupnya, bertepatan
dengan masa pemerintahan Perdana Menteri Nizamul Muluk dari kerajaan bani
Saljuk. Beliau adalah seorang Sufi yang menjalani berbagai kontroversi dalam
hidupnya. Dimulai dari seorang ahli kalam (mutakalim),
dilanjutkan sebagi seorang ahli fiqih (fiqih),
yang selanjutnya ia terlambat sebagai seorang Sufi. Sebagi seorang Sufi, ia
sangat produktif yang mengarang berbagi kitab yang dijadikan rujukan oleh ummat
islam sepanjang zaman. Di antara kitab yag terkenal dan sangat monumental
adalah al-ikhya’ al ulum al din.[15]
Pada abad inilah terlihat tanda-tanda
semakin dekatnya Corak tasawuf dengan ajaran tasawuf yang diamalkan pada abad
pertama Hijriah.Akan tetapi, pada abad sesudahnya, kembali terlihat ada
tandatanda yang menjurus pada perbedaan pendapat ahli tasawuf dengan fuqaha
beserta mutakallim karena corak tasawuf falsafi yang telah diamalkan pada abad
ketiga dan keempat Hijriah kembali muncu1 di kalangan umat Islam.[16]
D. Pada Abad Keenam, Ketujuh dan Kedelapan
Hijriyah
1) Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam Hijriyah
Beberapa
Ulama Tasawuf yang sangat berpengamh dalam perkembangan Tasawuf abad ini.antara
lain:
a.
Syihabuddin Abul F utu As-Suhrawardy; wafat tahun 587 H/ I 191 M
Ia
mula-mula belajar Filsafat dan Usul Fiqh pada Asy-Syekh Al-lmam Majdudin
Al-Jily di Aleppo. Bahkan sebagian besar Ulama dari berbagai disiplin ilmu
agama di Negeri itu, telah dikunjunginya untuk menimba ilmu pengetahuan dari
mereka.
Setiap
ia mulai belajar pada seorang guru selalu mengemukakan usul agar setiap guru
selalu memberi kebebasan kepada muridnya, supaya ia bisa belajar di mana saja,
sekalipun ilmu yang dipelajarinya di tempat lain bertentangan dengan pendirian
gurunya.
Dengan
sikapnya yang merasa bebas belajar di mana saja, maka ’ segala macam ilmu
dipelajarinya termasuk berbagai macam Filsafat Kuno; antara lain Filsafat
lndia. Persia dan Yunani.sehingga ia berkesimpulan bahwa ahli pertapaan di
lndia. Filosof Yunani dan Ahli Hikmah di Persia mempunyai tujuan yang sama;
yaitu mencari kebenaran Tuhan.
Karena
pendiriannya yang seperti itu.maka beberapa Ulama Fiqih, Ulama Tauhid dan Ulama
Tasawuf yang tidak sependirian dengannya menuduhnya sebagai orang Zindiq.
bahkan ada yang menuduhnya sebagai Mulhid (Atheis merunut istilah sekarang).
Dalam
ajaran Tasawufnya, ia berpendirian bahwa Allah adalah Nur (cahaya) dari segala
nur. Maka dari Dia-lah ke luar nut-nur yang lain, baik alam fisik maupun alam
rohani. la menamai Allah dengan istilah "Nurul Anwar" (cahaya dari
segala cahaya). menamai jasad (Al-Jism) dengan istilah "Jauharatul Muzhlim"
(benda yang gelap), menamai roh (jiwa) dengan istilah “Anwarul Mujarradah"
(cahaya yang semata-mata) dan alam Barzah dinamainya dengan [17]istilah
”Alamul Ajsam" serta pencipta ilmu pengetahuan dinamainya dengan istilah
”Ahlul Hikmah".
Maka
ia mengklasifikasikan pencipta ilmu pengetahuan itu menjadi tiga macam, yaitu:
(1)
"Penganut hikmah dengan menggunakan akal semata-mata; yang dinamainya
Filosof;
(2)
Penganut hikmah yang bertujuan untuk mencari kebenaran Tuhan. yang dinamainya
Sufi;
(3)
Penganut hikmah yang menggunakan akal dan mementingkan rasa untuk mendapatkan
Tuhannya, yang dinamainya Filosof Ketuhanan. Dan inilah yang dianggapnya
sebagai nilai yang paling tinggi.
Ia
pula mengatakan, bahwa segala ma'rifat adalah ilham; sedangkan untuk mencapainya
maka manusia perlu memperkuat perasaan batinnya, dengan cara. mempersedikit
makan dan memperbanyak bangun malam. Dan harus pula mempererat hubungan dengan
alam malaikat, yang dilanjutkan dengan memperkuat hubungan dengan Yang Maha
Pencipta (Nurul Anwar).
As-Suhrawardy
mencoba memilih jalan penggabungan Filsafat yang mendalam dengan Tasawuf yang
mendalam, sehingga menghasilkan Filsafat Isyraq (Filsafat baru) menurut
pendapatnya.Dalam Filsafat itu.banyak perkataannya yang dinilai ganjil oleh
Ulama lain; sehingga dikatakannya bahwa Filsafat lsyraq As-Suhrawardy bukan
Tasawuf yang sejati, dan bukan pula Filsafat yang sempurna, melainkan hanya
kesesatan belaka. Ma sepakat ulama yang menentangnya untuk mengajukannya kepada
Sultan Salahudin AlAyyuby agar ia dihukum mati.
Karena
desakan yang bertubi-tubi dari Ulama di berbagai penjuru, maka Sultan
memerintahkan kepada anak kandungnya yang bernama Malikuzh Shahir untuk
memenjarakannyaTetapi sebelum tiba masanya untuk dihukum mati, ia lebih dahulu
bunuh diri. dengan cara mogok makan dalam penjara.
b.
Al-Ghaznawy; wafat tahun 545 H/1151 M
Ia
merupakan pelanjut ajaran Tasawuf dari Abu Said AlKhurasany yang dikenal
sebagai Sufi yang aktif mengajarkan llmu Tasawuf di abad kelima Hijriyah,
sedangkan Abu Said sendiri, mendapatkan pelajaran ilmu Tasawuf dari Abul
Fadhal, yang dikenal sebagai penganut ajaran Wihdatul Wujud (Penyatuan wujud
hamba dengan wujud Tuhan).
Al-Ghaznawy
mengamalkan ajaran Tasawufnya dengan melakukan zikir, yang diikuti oleh
murid-muridnya yang duduk melingkarinya, dengan cara menggoyang-goyangkan
dirinya, bahkan ada yang memakai cara menari-nari. Karena itu, ada yang
berpendapat bahwa dialah yang pertama-tama melakukan zikir dengan cara
menggoyanggoyangkan dirinya Sehingga cara tersebut, tersebar di Ghaznah, tempat
kelahiran beliau, yang akhirnya tersebar luas di manamana.
Sebagai
murid Abu Said, iapun menganut ajaran Widatul Wujud, lalu ajaran itu diajarkan
lagi kepada murid-muridnya. Sedangkan sistem yang digunakan mengembangkan
ajarannya adalah melalui syair-syair tang digubahnya, di samping ayat-ayat
Al-Quran dan Hadits yang litafsirkan dan ditakwilkan menurut ajaran Tasawufnya.
V
Di
samping berkembangnya kembali ajaran Al-Hulull, Wihdatul Wujud dan Wihdatul
ad-yan dari Al-Hallaj dan lbnu 'Arabiy beserta Abul Fadhal. dapat pula
diimbangi dengan tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan
Tasawuf diamalkannya dengan cara ”Suluk". Pelembagaan pendidikan Islam
yang mengajarkan Tasawuf dan mengamalkannya di tempat itu, lazim disebut
Tarikat, yang biasanya diberi nama dengan menisbatkan kepada syekhnya
(gurunya), misalnyaantara lain:
(1)
Tarikat Qadin'yah, yang dinisbatkan kepada pendirinya (gurunya) yang bernama
Abdul Qadir Jailani yang dilahirkan tahun 470 H, dan wafat tahun 561 H.
(2)
Tankat Rifa'iyyah; yang dinisbatkan kepada pendirinya (gumnya) yang bernama
Ahmad Abul Hasan Ar-Rifa'i yang wafat tahun 570 H.
Kalau
pada abad kelima Hijriyah Imam Al-Ghazaly telah mengembalikan citra Ahli
Tasawuf di kalangan umat Islam.dengan mempertemukan llmu Zahir (Ilmu Syariat)
dengan Ilmu Batin (Ilmu Tasawuf). Dan berusaha memumikannya dari unsur-unsur
Filsafat yang dinilainya membingungkan orang-orang Islam, sehingga dapat
dikatakan bahwa hanya Ahli Filsafat saja yang menjadi lawan polemik Ulama
Syariat dan Ulama Tasawuf.Tetapi di abad keenam Hijriyah ini.[18]suasana
kemelut antara Ulama Syariat dengan Ulama Tasawuf kembali memburuk, karena
dihidupkannya lagi pemikiran-pemikiran Al-Hulul, Wihdatul Wujud dan Wihdatul
Adyan oleh kebanyakan Ulama Tasawuf. antara lain Syihabuddin Abul Futuh
As-Suhrawardy dan Al-Ghaznawy. Sehingga timbul berbagai protes dari Ulama
Syariat .dan mengajukan keberatannya kepada penguasa ketika itu.
2) Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh
Hijriyah
Ada
beberapa Ulama Tasawuf yang berpengaruh di abad ini; antara lain:
a.
Umur Ibnul Faridh: lahir di Hama: (Siria) tahun 576 H/1181 M, dan wafat di
Mesir tahun 632 H/1233 M
Ia
adalah pelanjut dari ajaran Wihdatul Wujud. yang telah diajarkan oleh Muhyyidin
Ibnu Araby pada abad yang lampau. Dalam kitab yang dikarangnya, yang terdiri
dari gubahan-gubahan syair yang berjudul "Ath Thaiyatnl Kubra“, terdapat
kesamaan tekanan uraiannya dengan kitab karangan Ibnu Araby yang berjudul
“Ath-Thaiyatul Kubra” ia menguraikan bahwa cintalah yang membakar jiwanya..
sehingga ia selalu ingin ittishal (berhubungan) dan ittihad (bersatu) dengan
Tuhannya untuk mencapai tujuan dalam Tasawuf.
b.
Ibnu Sabi'in; lahir di Mercia! (Spanyol) tahun 613 H/1215 M dan wafat di Mekah
tahun 667 H/1215 M
Semula
beliau dikenal sebagai Ulama Fiqh, tetapi kemudian ia mengalihkan perhatiannya
untuk memperdalam Ilmu Tasawuf, sampai ia berhasil menduduki posisi Imam (Syekh
Tasawuf) di masa itu. Ia sering mengeluarkan pemikiran yang terlalu bebas dan
dianggapnya ganjil oleh Ulama Syariat. Pemikiran-pemikiran yang telah
dikemukakannya; antara lain:
(1)
Mengapa Muhammad bin Abdillah mempersempit alam yang luas ini, dengan
mengatakan bahwa tidak ada lagi nabi 'sesudahnya.
(2)
Orang-orang yang bertawaf di sekeliling Ka’bah seperti keledai yang
berputar-putar mengelilingi kilangan.
Di
samping terdapatnya ajaran Tasawuf yang menyimpang dari kemurniannya, terdapat
pula beberapa Ulama Syariat yang menentangnya, agar tidak tersebar luas di
masyarakat.bahkan pemah dikabarkan bahwa tuduhan[19]
terhadap Ibnu Sabi'in yang dinilainya sangat membahayakan agama Islam. tersebar
di mana-mana. Sehingga ia bunuh diri, karena tidak dapat menghindarkan dan
membela dirinya dari tuduhan dan penghinaan yang menimpanya.
c.
Jalaluddin Ar-Rumy; lahir di kota Balkh tahun 604 H/1217 M. dan wafat tahun 672
H/I273 M
Pandangan
dalam Tasawuf, berbeda dengan pandangan kebanyakan ahli Tasawuf yang lain, terutama
yang bermazhab Jabariyah.
Dalam masalah ikhtiar, ia
mengatakan bahwa manusia dilahirkan di dunia untuk berjuang dan bekerja keras
dalam mencari kebahagiaan hidup. Kalau ahli Tasawuf yang lain terpengaruh dari
Teologi Jabariyah, maka Jalaluddin Ar-Rumy terpengaruh dari Teologi Mu'tazilah,
disertai dengan teori evolusi yang didapatkannya dari Filsafat.
Untuk
menyebarluaskan paham Tasawuf dari masing-masing penganutnya, maka di mana-mana
berdiri lembaga pendidikan Tasawuf yang ditempati oleh murid-murid belajar
Tasawuf dan latihan rohaniah.Lalu kegiatan tersebut dinamakan Tarikat oleh
penganutnya, yang sering dinisbatkan namanya kepada Syekhnya (gurunya).
Adapun
Tarikat yang berdiri pada abad ini; antara lain:
(1)
Tarikat Maulawiyah, yang dinisbatkan kepada Maulana Jalaluddin Ar-Rumy; wafat
tahun 672 H/ 1273 M.
(2)
Tarikat Syadziliyah, yang dinisbatkan kepada As-Syekh Abul Hasan Ali bin Abdil
Jabbar Asy-Yazaly; wafat tahun 655 H/ 1256 M.
(3)
Tarikat Badawiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syekh Ahmad Al-Badawy; wafat
tahun 675 H/1217 M.
(4)
Tarikat AsSuhrawardy, wafat tahun 638 H/l240 M.
Pada
abad ini, tercatat dalam sejarah, bahwa masa menurunnya gairah masyarakat Islam
untuk mempelajari Tasawuf karena berbagai faktor, antara lain:
(1)
Semakin gencarnya serangan Ulama Syariat memerangi ahli Tasawuf, yang diiringi
dengan serangan golongan Syiah yang menekuni Ilmu Kalam dan Ilmu Fiqh. [20]
(2)
Adanya tekad penguasa (pemerintah) padamasa itu, untuk melenyapkan ajaran
Tasawuf di dunia Islam, karena dianggapnya bahwa kegiatan itulah yang menjadi
sumber perpecahan umat Islam
Perlu
diketahui, bahwa Ahli Tasawuf bergerakdalam kegiatan yang dirahasiakan, maka
hal itu sangat dikhawatirkan oleh pemerintah.Dan untuk menjamin keamanan dan
ketertiban masyarakat, pemerintah harus menerima usul-usul yang diajukan oleh
Qadi yang membantu penterintah menjalankan kewenangannya. Sehingga banyaklah
Ahli Tasawuf yang lari meninggalkan negerinya beserta murid-muridnya, untuk
mencari tempat perlindungan di negeri lain. Tetapi banyak juga yang sempat
tertangkap.lalu menjalani hukuman, sehingga boleh dikatakan bahwa negeri Arab
dan Persia ketika itu. sunyi dari kegiatan Ahli Tasawuf.
3) Perkembangan Tasawuf pada Abad Kedelapan
Hijriyah
Dengan
terlampauinya abad ketujuh Hijriyah, hingga dimasukinya abad kedelapan
Hijriyah, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam
Tasawuf.meskipun banyak pengarang kaum Sufi yang mengemukakan pemikirannya
tentang Ilmu Tasawuf. namun kurang mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh
dari umat Islam. Sehingga boleh dikatakan bahwa nasib ajaran Tasawuf ketika
itu.hampir sama dengan nasibnya pada abad ketujuh Hijriyah.
pengarang-pengarang kitab Tasawuf pada abad
ini antara lain:
a) Al-Kisany; wafat tahun 739 H/1321 M.
b)
Abdul Karim Al-Jily; pengarang kitab "Al-Insanul Kamil".
Kalau
pada abad kelima Hijriyah, Imani Al-Ghazaly dikenal sebagai tokoh Muslim yang
pernah memurnikan ajaran Tasawuf dari unsur-unsur Filsafat, maka pada abad ini
Ibnu Taimiyah yang berfungsi seperti Iman Al-Ghazaly. Upaya maksimal yang
dilakukan oleh Ibnu Taimiyah ketika itu.tidak henti-hentinya hingga ia wafat
pada tahun 727 H/1329 M. [21]
Ajaran
Tasawuf yang dominan ketika itu adalah aliran Tasawuf Ibnu Araby; antara lain
pemikiran Wihdatul Wujud.
Karena
Ibnu Taimiyah memandang bahwa ajaran tersebut banyak menyesatkan masyarakat
Islam. maka ia berupaya untuk memberantasnya, melalui kegiatan belajar mengajar
serta karangan-karangannya; antara lain kitabnya yang berjudul ”Ar-Raddu ”Ala
Ibnu 'Aray".
Usaha-usaha
yang seperti ini, dilanjutkan lagi oleh murid-murid beliau: antara lain Ibnul
Qayyim Al-Jauzy. Hingga abad-abad sesudahnya, selalu ada Ulama yang berupaya
seperti ini, sampai sekarang.
Dalam
beberapa abad ini, betul-betul ajaran Tasawuf sangat sunyi di dunia
Islam.Berarti nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam,
ketujuh dan kedelapan hijriyah.
Banyak
di antara peneliti Muslim yang menarik kesimpulan bahwa dua faktor yang sangat
menonjol yang menyebabkan runtuhnya Pengaruh ajaran Tasawuf di dunia Islam,
yaitu:
1. Karena memang ahli Tasawuf sudah
kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat Islam, sebab banyak di antara
mereka yang terlalu menyimpang dari ajaran Islam yang sebenamya; misalnya tidak
lagi menjalankan salat karena mereka sudah mencapai tingkat ma 'rifat.
2. Karena ketika itu, penjajah bangsa Eropa
yang beragama nasrani sudah menguasai seluruh negeri Islam. Tentu saja,
paham-paham sekularisme dan materialisme, selalu di bawa dan digunakan untuk
menghancurkan ajaran Tasawuf yang sangat bertentangan dengan pahamnya.
Meskipun
nasib ajaran Tasawuf sangat menyedihkan dalam empat abad tersebut di atas,
tetapi tidaklah berarti bahwa ajaran Tasawuf sama sekali hilang di atas bumi
Islam ditelan masa. Terlihat masih adanya Ahli Tasawuf yang memunculkan
ajarannya, dengan mengarang kitab-kitab yang memuat Tasawuf, antara lain;
1)
Abdul Wahhab Asy-Sya'rany; hidup tahun 898 - 973 H/ 1493 - 1565 M. Dan di
antara karangannya yang memuat ajaran Tasawuf berjudul ”Al-Lathaiful
Minan" (Kehalusan Hati);[22]
2)
Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijany; lahir di ‘Ain Mahdi tahun
1150 H/1737 M, lalu wafat tahun 1239 H/1858 M Dan ia sebagai pendiri Tarikat
Tijani.
3)
Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusy; lahir di Tursy tahun 1206 H/1791 M. Dan ia
sebagai pendiri Tarikat Sanusiyah
4)
Asy-Syekh Muhamad Amin Al-Kurdi; wafat tahun 1332 H/1914 M. Dan ia sebagai
pengarang kitab Tanwirul Qulub Fi-Ma'amalah 'Allamil Ghuyub; serta beliau
termasuk pengikut Tarikat Naqsyabandiyah.
Sudah
menjadi kebiasaan bagi setiap golongan yang menekuni suatu ajaran (paham) akan
kerinduan terhadap masa kejayaan yang telah dialami oleh pendahulunya, bila
mereka mengalami suatu kemunduran. Begitu juga halnya pengikut ajaran Tasawuf,
mereka sangat merindukan kejayaan Tasawuf yang terjadi sekitar abad ke II, III,
dan ke IV Hijriyah.
Akan
tetapi masa kejayaan yang seperti tersebut itu.tidak pernah dicapainya hingga
sekarang ini. Namun ajarannya tetap hidup.karena merupakan suatu unsur dari
ajaran Islam. hanya saja kadang-kadang disalahgunakan oleh orang-orang tertentu
untuk mencapai tujuannya; misalnya untuk tujuan politik, mejik dan sebagainya.
Sehingga Citra Tasawuf di mata masyarakat Muslim menjadi rusak, karena dikotori
oleh motif-motif tertentu.Maka faktor-faktor inilah yang menyebabkan sehingga
nasib Tasawuf mengalami kemunduran hingga sekarang ini, namun masih selalu
diupayakan oleh pengikutnya dari berbagai macam aliran Tarikat untuk menyemarakkan
kembali.
Dari pembahasan makalah tentang
sejarah lahirnya tasawuf dan perkembangannya serta aliran-alirannya.
1. Tasawuf
adalah suatu aliran yang bersifat sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti
kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya.
Orang yang di kategorikan tasawuf disebut dengan sufi.
2. Sejarah
tasawuf dalam Islam, menurut ahli sejarah, sebagai ilmu yang berdiri sendiri,
lahir sekitar akhir abad kedua atau awal abad ketiga Hijriyah. Factor- faktor
yang menyebabkan lahirnya tasawuf adalah faktor intern dan ekstern.
3. Dalam
perkembangan aliran tasawuf berkembang pada abad pertama dan kedua hijiriah
yaitu pada masa sahabat dan tabiin, ulama dan kaum sufi. Kemudian sampai abad kedelapan.
Setelah para pembaca selesai
membaca makalah ini,pastilah terdapat banyak kesalahan di dialam penulis
makalah diatas,memang makalah ini masih jauh sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi perbaikan dalam penulisan makalah kami yang selanjutnya.
Rosihon
Anwar, AKHLAK TASAWF. Bandung:
Pustaka setia, 2010
Mustofa,
AKHLAK tasawuf.Bandung: Pustaka
Setia, 2014
Mohammad
Muchlis Solichin, AKHLAK & tasawuf. Surabaya:
Pena Salsabila, 2014
[1]
Rosihon Anwar, AKHLAK TASAWUF (Bandung:
Pustaka Setia, 2010), hlm. 165
[2]
Mustofa, AKHLAK tasawuf(Bandung:
Pustaka Setia, 2014), hlm. 209 - 210
[3]
Ibid, hlm 210-211
[4]
Rosihon Anwar, AKHLAK TASAWUF (Bandung:
Pustaka Setia, 2010), hlm. 169 - 170
[6]
Mustofa, AKHLAK tasawuf(Bandung:
Pustaka Setia, 2014), hlm. 214
[7]
Rosihon Anwar, AKHLAK TASAWUF (Bandung:
Pustaka setia, 2010), hlm. 171 - 175
[8]
Ibid, hlm. 176 - 177
[9]
Ibid, hlm. 181
[10]
Mustofa, AKHLAK tasawuf(Bandung:
Pustaka Setia, 2014), hlm. 210 - 222
[11]
Ibid, hlm. 223
[12]
Rosihon Anwar, AKHLAK TASAWUF (Bandung:
Pustaka setia, 2010), hlm. 181 - 183
[13]Ibid,
hlm. 183 - 184
[14]Ibid,
hlm. 184 - 185
[15]
Mohammad Muchlis Solichin, AKHLAK &
tasawuf (Surabaya: Pena Salsabila, 2014), hlm. 123 - 124
[16]
Rosihon Anwar, AKHLAK TASAWUF (Bandung:
Pustaka setia, 2010), hlm. 187
[17]
Mustofa, AKHLAK tasawuf(Bandung:
Pustaka Setia, 2014), hlm. 231 - 233
[18]
Ibid, hlm. 233 - 234
[19]
Ibid, hlm. 234 - 235
[20]
Ibid, hlm. 235 - 237
[21]
Ibid, hlm. 237 - 238
[22]
Ibid, hlm. 238 - 239
No comments:
Post a Comment