Sunday, December 10, 2017

Sejarah dan Perkembangan Tasawuf




STAIN Pamekasan.jpg




DISUSUN OLEH
Firly Ramadhani                                 20170703021062
Humaidi Asrory                                  20170703021078
Mochammad Agung Fadlrullah          20170703021125
Moh Dendi Taufik Kurrahman           20170703021129
Mohammad Irwan Arisandi                20170703021131

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PERBANKAN SYARI’AH
2017/2018




Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah Akhlak Tasawufdapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk membahas mengenai “Sejarah dan Perkembangan Tasawuf”
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami lagi tentang Sejarah dan Perkembanga Tasawuf yang ada di Negara Indonesia ini untuk memperlancar proses pembelajaran.
Namun demikian tentu saja dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang kurang tepat.Dengan ini, kami memohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan.Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat.


Wa’alaikumsalam Wr.Wb.



Pamekasan, 28 September 2017



Penyusun












Tasawuf merupakan salah satu aspek (esoteris) Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya. Esensi tasawuf sebenarnya telah ada sejak masa kehidupan rasulullah saw, namun tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti fiqih dan ilmu tauhid. Pada masa rasulullah belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah sebutan sahabat nabi.
Sebelum adanya aliran dalam istilah tasawuf memiliki beberapa faktor dan berbagai macam alirannya.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan di bahas tentang “Sejarah dan Perkembangan Tasawuf”.
1.      Bagaimana perkembangan Tasawuf pada abad kesatu dan kedua?
2.      Bagaimana perkembangan Tasawuf pada abad ketiga dan keempat?
3.      Bgaiamana perkembangan Tasawuf pada abad kelima?
4.      Bagaimana perkembangan Tasawuf pada abad keenam,ketujuh dan kedelapan?
5.      Bagaimana perkembangan Tasawuf pada abad kesembilan,kesepuluhdan sesudahnya?
1.      Mengetahui perkembangan Tasawuf pada abad kesatu dan kedua
2.      Mengetahuiperkembangan Tasawuf pada abad ketiga dan keempat
Mengetahui perkembangan Tasawuf pada abad kelima
3.      Mengetahui perkembangan Tasawuf pada abad keenam,ketujuh dan kedelapan
4.      Mengetahui perkembangan Tasawuf pada abad kesembilan,kesepuluh hijriyah dan sesudahnya



1.      Aliran Madinah
Sejak masa awal, di Madinah telah muncul para sufi. Mereka kuat bepengang teguh pada Al-quran dan As-sunnah, dan menetapkan Rasulullah SAW.Sebagai panutan kezuhudannya.Para sahabat dalam kehidupannya selalu mencontoh kehidupan Rasulullah SAW.Yang serbasederhana dalam hidupnya hanya diabdikan kepada Tuhannya.Para sahabat tersebut adalah sebagai berikut.[1]

a.    Abu Bakar Ash-shiddiq
Beliau adalah saudagar yang kaya raya ketika masi berada di makkah. Tapi ketika ia hijrah ke madinah, harta kekayaanya telah habis disumbangkan untuk kepentingan tegaknya agama Allah, sehingga ia dan keluarganya mengalami kemiskinan dalam hidupnya.

b.    Umar bin Khattab
Beliau termasuk orang yang tinggi kasih sayangnya terhadap sesame manusia. Maka ketika ia menjadi khalifah, beliau selalu mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan rakyatnya.
Suatu ketika, Umar mendapatkan seorang ibu yang berpura pura memasak untuk menenangkan tangis anak anaknya yang sangat lapar. Ketika Umar menyelidikinya ia melihat bahwa yang dimasak itu adalah batu, maka beliau bertanya pada ibu itu; mengapa anda tidak memasak roti, hanya masak batu? Jawab si ibu, saya tidak mempunyai gandum di Baitul Mal, kemudian ia sendiri yang memikulnya untuk diberikan pada ibu yang miskin tadi. Maka disinilah terlihat sikap tawaddhu’ umar sebagai seorang sufi. Dan ia pulang senang hidup dalam kemiskinan sebagaimana halnya Abu Bakar.

c.    Ustman bin Affan [2]
Meskipun ia diberikan kelapangan rizki oleh Allah, namun ia selalu ingin hidup sederhana. Sedangkan fakta kekayaannya yang berlimpah ruah, selalu menjadikan sarana untuk menolong orang orang miskin, hal ini tergambar pada dirinya bahwa ia termasuk sufi karna beliau tidak tertarik pada kekayaan atau kesenangan duniawi.

d.   Ali bin Abi Thalib
Beliau juga termasuk orang yang senang hidup sederhana, sehingga diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain berkata kepadanya: mengapa khalifah senang memakai baju itu, padahal sudah robek robek?Ali menjawab, aku senang memakainya agar menjadi teladan kepada orang banyak, sehingga mereka mengerti bahwa hidup sederhana merupakan sikap yang mulia. Maka sikap dan pernyataan inilah yang menandakan diri beliau sebagai seorang sufi.

e.    Salman Al-Farisi
Sejak Salman masih beragama masehi, dia sudah dikenal sebagai orang yang sangat arif dan mengetahui secara mendalam ilmu ilmu gaib.Ia pernah meramalkan akan datangnya seorang Rasul yang terakhir (yaitu Muhammad). Ia pun tergolong ahli zuuhud orang orang Masehi yang senang mengembara ke berbagai negeri dengan cara hidup yang miskin,padahal ia adalah seorang putra dari penguasa yang kaya raya di suatu negeri. Ketika bertemu dengan Rasulullah, ia lngsung mempercayai ajarannya, katena telah melihat tanda tanda kenabian pada bahu sebelah kanan beliau, yang persis sama dengan tanda tanda yang pernah di beritakan sebelumnya dalam kitab Injil. Dan ketika ia menganut agama islam, ia tertarik kepada ajaran Tasawuf, sehingga sangat tekun mencontohi kehidupan nabi dalam bidang tersebut.
Dalam kehidupannya sebagai seorang sufi, maka ia tergolong dari “Ahlus Suffah” yang selalu mengamalkan ajaran zuhud; yang pada akhirnya ajaran tersebut berkembang dikota Basrah di akhir abad kedua Hijryah.[3]
f.     Abu Dzar Al-Ghifary
Ia adalah seorang sufi yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yang telah dirintis oleh Abu Bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup miskin dan sangat senang menerima berbagai macam cobaan dari Allah SWT. Ia menganggap bahwa[4] cobaan itu merupakan perhatian Tuhan terhadapnya. Oleh karena itu, setiap kali merasa di coba Allah SWT, ia mengucapkan kalimat syukur dan tahmid.

g.    Ammar bin Yasir
Ia adalah seorang sufi yang sangat setia kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, sehingga terlihat ajaran tasawufnya sama dengan ajaran tasawuf yang diamalkan oleh Ali sebelumnya. Ia juga termasuk salah seorang dari Ahlus Suffah yang pernah menyatakan bahwa amalan zuhud merupakan perhiasan dalam segala kebaikan. Menurutnya, sorang hamba yang menginginkan kemuliaan dari Allah SWT, harus menghiasi dirinya dengan amalan zuhud, dan menjauhkan dirinya dari kemewahan harta benda.

h.    Hudzaifah bin Al-Yaman
Ia juga salah seorang sufi yang setia kepada Ali bin Abi Thalib, sebagaimana halnya Ammar bin Yasir.Ia juga tergolong sebagai orang yang alim dan bijaksana dalam hal tasawuf. Dalam mengajarkan tasawuf,ia selalu mendapatkan bimbingan dari Ali, terutama cara mengajarkan ilmu kepada murid muridnya. Ali sering memerintahkannya agar tidak menerima sembarang orang menjadi muridnya dalam pengajaran tasawuf sebab hal itu bisa berbahaya bagi murid yang tidak mampu menerimanya. Menurut Ali, ilmu tasawuf merupakan ilmu yang sangat tinggi. Oleh karena itu, orang yang diajarkan ilmu tersebut, harus disesuaikan dengan kemamuan akal dan perasaan.[5]



i.      Al-Miqdad bin Al-Aswad
ia adalah seorang sufi yang bepegang teguh pada ajaran zuhud, dan termasuk salah seorang Ulama sufi yang sangat menentang kebijaksanaan politik yang dijalankan oleh Khalifah Usman. Tetapi setelah ia wafat, bahkan Khalifah Usman sering mengemukakan kekagumannya, dan memuji cara hidup miqdad, yang dibilangnya sebagai salah seorang ulama sufi yang terkemuka.
Kepopuleran nama Miqda, bukan karena seringnya menentang dan menunjukkan kesalahan Usman, tetapi karena banyak murid muridnya menjadi ulama besar, yang sering menunjukkan kelenihan gurunya, terutama sekali [6]ketekunannya dalam mengamalkan ajraan zuhud. Dan kealimannya sangat memukau orang orang yang melihatnya, terutama pemuka masyarakat dan pegawai pegawai pemerintahan ketika itu.
Uraian ini menjelaskan bahwa aliran Madinah berpegang teguh pada asketisme dan kerendah hatian Nabi Muhammad SAW. Selain itu, aliran ini tidak begitu terpengaruh oleh aliran-aliran social yang berlangsung pada masa Dinasty Amawiyah, dan prindip-prinsipya tidak berubah sekalipun mendapat tekanan dari penguasa.

2.      Aliran Basrah
Louis Massignon mengemukakan bahwa pada abad kesatu dan kedua Hijryah terdapat dua aliran aketisme Islam yang menonjol, yaitu Basrah dan Kufah.Di antara tokoh yang menonjol dari aliran Basrah.

a.     Al-Hasan Al-Bashry
Ia mendapat ajaran tasawuf dari Huzaifah bin Al-Yaman, sehingga ajaran itu memengaruhi sikap dan perilakunya dalamkehidupannya sehari-hari sehingga ia dikenal sebagai ulama sufi yang sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasia yang terkandug dalam ajaran Islam dan sangat menguasai ilu batin.
Dasar pendirian Al-Basri adalah zuhd terhadap dunia, menolak segala kemegahannya, hanya menuju kepada Allah SWT, tawakal,  khauf, dan raja’.

b.    Rabi’ah Al-Adawiyah
Ia terkenal sebagai Ulama Sufi wanita yang mempunyai banyak murid dari kalangan wanita pula.
Kalau Al-Hasan menganut ajaran zuhud dengan menonjolkan ajaran falsafah tawakal, kauf, dan raja’, maka Rabi’ah menganut ajaran zuhud dengan menonjolkan falsafah hub (cinta) dan syauq (rindu) kepada Allah SWT.

c.    Malik bin Dinar
Ibnu Khallikan menjelaskan bahwa Malik adalah seorang ilmuan yang asketis dan rendah hati. Bahkan, ia adalah seorang yang suka merendah dan tidak mau makan, kecuali dari hasil kerjanya sendiri. Pekerjaannya adalah menulis mushaf dengan upah.Di antara ucapannya adalah, “Barang siapa menyertaiku dalam kesederhanaan hidup, dia besertaku.Kalau tidak, lebih baik berpisah[7] dariku.” Sementara doanya yang terkenal adalah, “Ya tuhanku, janganlah Kau masukkan apapun kerumah Malik bin Dinar”
Corak tasawuf pada aliran Basrah adalah rasa takut yang berlebihan. Hal itu menurut Ibnu Tamiyyah karena adanya kompetisi antara mereka dan para sufi Kufah.

3.      Aliran Kufah
Aliran Kufah bercorak idealistis, menyukai hal-hal aneh dalam nahwu, imajinasi dalam puisi, dan harfiah dalam hadis.Mereka cenderung pada aliran Syi’ah dan Murji’ah.Itu terjadi karena Syi’ah adalah aliran kalam yang pertama kali muncul di Kufah.Di antara tokoh-tokohnya sebagai berikut.

a.    Sufyan Ats-Tsaury
Sufyan Ats-Tsury selama hidupnya diisi dengan pengabdian secara tasawuf, dan aktif mengajarkan ilmu yang ada padanya.Ia pun selalu menyerukan kepada sesama ulama agar menjauhkan dirnya dari godaan dunia yang sering membawa manusia lupa mengabdikan dirinya kepada Tuhan.

b.    Ar-Rabi’ bin Khatsim
Di antara ucapannya adalah, “Duh, saudaraku!Jadilah pelindung dirimu sendiri.Kalau tidak, kamu akan hancur.”“Segala sesuatu yang tidak mengharap karunia Allah SWT. Akan hancur lebur” “Aku suka menjadikan diriku tertimpa cobaan hidup.” Dia pun terkenal dengan rasa takutnya terhadap akhirat.Asy-Sya’ rani meriwayatkan bahwa apabila ada orang pergi ke kuburan, Ar-Rabi’ berkata, “Wahai penghuni kubur! Kami beserta kalian.” Lalu, ia tidur semalaman dan ia paginya tampak seakan-akan baru bangkit dari kuburnya.

c.    Said bin Jubair
Said termsuk tabi,in. Ia wafat dibunuh Al-Hajjaj. Mengenai kematiannya, Ahmad bin Hanbal berkata, “Al-Hajjaj telaj membunuh Sa’id bin Jubair, padahal tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang tidak membutuhkan ilmunya.” Sementara itu , Ibnu Khallikan meriwayatkan suatu dialog yang berlangsung antara Said dan Al-Hallaj. Dari dialog tesebut tampak kesufian, kerendahhatian dan keberaniannya penguasa tiran.

d.   Thawus bin Khisan
Menurut Ibnu Khallikan, ia seorang faqih yang cakap dan cerdas. Selain itu ia di cintai para keturunan Nabi Muhammad SAW. Ia pernah member saran kepada ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz. Keutamaanya diakui Malik bin Anas. Di antara ucapannya adalah, “Orang yang menerima azab yang paling pedih pada hari kiamat adalah yang menyekutukan Allah SWT.Dengan kekuasaannya dan bertindak zalim.”

4.      Aliran Mesir
Pada abad pertama Hijryah, ulama-ulama tasawuf hanya berada di beberapa kota yang tidak jauh dari kota Madinah, seperti kota Mekah, Kufah, Basrah dan kota-kota kecil lainnya. Akan tetapi pada abad kedua Hijryah, ulama-ulama tersebut sudah menyebar keberbagai negeri di wilayah kekuasaan Islam. Kalau pada abad pertama, idtilah sufi masih kurang dikenal oleh masyarakat islam, kecuali yang dikenalnya dengan memberikan nama kepada ahli zahud.
      Secara umum, tasawuf pada abad pertama dan kedua Hijryah memiliki karakteristik berikut.
·         Berdasarkan ide menjauhi hal-hal duniawi demi meraih pahala dan memelihara diri dari azab neraka. Ide ini erakar dari ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah dan sebagai dampak berbagai kondisi sosiopolitik yang berkembang dalam masyarakat Islam ketika itu.
·         Bercorak praktis. Para tokohnya tidak menaruh perhatian untuk menyusun teoretis ats tasawuf. Sementara sarana-sarana praktisnya adalah hidup ketenangan dan kesederhanaan secara penuh., sedikit makan ataupun minum, banyak beribadah dan mengingat Allah SWT, berlebihan dalam merasa berdosa, tunduk mutlak kepada Allh SWT, dan berserah diri kepada-Nya. Dengan demikian, tasawuf pada saat itu mengarah pada tujuan moral.
·         Motivasi tasawufnya adalah rasa takut, yaitu yang muncul dari landasan keagamaan secara bersungguh-sungguh. Sementara, pada akhir abad kedua Hijryah di tangan Rabi’ah Al-Adawiah, muncul motivasi cinta kepada Allah SWT.[8]
·         Ditandai dengan kedalaman membuat analisis khususnya di Khurasan yang dipandang sebagai pendahluan tasawuf secara teoristis.

1)      Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketiga Hijryah
Pada abad ketiga Hijryah, terlihat adanya peralihan konkret pada asketisme Islam. Para asketis masa itu tidak lagi dikenal dengan gelaran tersebut, tetapi lebih dikenal dengan sebutan sufi. Merekaun cenderung memperbincangkan konsep-konsep yang sebelumnya tidak dikenal, misalnya tentang moral, jiwa, tingkah laku, fana’, penyatuan atau hulul.[9]



a.    Abu Sulaiman Ad-Darany
Nama sebenarnya adalah Abdurrahman bin Athiyah, yang dibesarkan di sebuah perkampungan di Damaskus, yang bernama, “Daran”, Maka namanya pun dinisbatkankepada kampung tersebut, sehingga menjadi kata Ad-Darany. Ia dikenal sebagai seorang sufi yang menguasai ilmu Hakikat, dan sikapnya sangat wara’ serta selalu rela meneriama segala cobaan yang sering menimpa dirinya.

b.    Ahmad bin Al-Hawary
Ia dilahirkan di Damaskus, dan dikenal oleh penduduk Syam (Siriah) sebagai ahli Psikologi dan Ilmu Akhlak. Ia sebagai salah seorang murid Sufyan bin Unaiyah dan sahabat dekat dengan Abu Sulaiman Ad-Darany.

c.    Dzu An-Nun Al-Misri
Dialah yang dianggap oleh orang-orang Mesir sebagai seorang Sufi yang pertama-tama memperkenalkan istilah maqam dalam Ilmu Tasawuf. Mengenai ajaran tasawuf yang di anutnya, cenderung bercorak filsafat Kimia, sehingga ia pernah dituduh o;eh orang mesir sebagai orang zindiq.

d.   Abu Yazid Al-Bustami
Ia mulai belajar Ilmu Fiqh dari ulama yang bermahzab Hanafi. Adapun Ilmu Tauhid dan Ilmu Tasawuf yang didapatkan dari gurunya yang bernama Abu Ali As-Sindy, sangat bertentangan dengan paham Sunni sehingga ia dan murid-muridnya selalu diancam hukuman atas permintaan ulama-ulama Sunni kepada penguasa pemerintahan ketika itu. Dalam ajaran tasawufnya terkandung falsafah[10]hulul dan ittihad, yang kadang-kadang di ungkapkannya dalam cerita-cerita yang mengandung ibarat.

e.    Junaid Al-Baghdadi
Di antara ucapan-ucapannya yang mengandung keterangan tasawuf, antara lain disebutkan: Tuhan menuangkan kebajikan-Nya kedalam hatiseseorang yang selalu menyediakan ingatan kepadan-Nya. Karena itu, engkau jangan lupa melihat kesalahan hatimu.Sebab lupa kepada Tuhan, lebih menakutkan dari pada masuk kedalam neraka.Apabila engkau bertemu dengan seorang fakir, janganlah engkau engkau mulai dengan ilmu pengetahuan, tetapi mulailah dengan sikapmu yang lemah-lembut terhadapnya.Karena ilmu itu membuat mereka menjadi liar, sedangkan ssikapmu yang lemah-lembut, membuat mereka menjadi jinak.[11]

f.     Al-Hallaj
Nama lengkapnya Husein bin Manshur bin Muhammad Al-Hallaj. Ia dilahirkan disebuah desa bernama “Thur”, dekat desa Baidha’ di Persia. Dalam sejarah tasawuf, dialah sufi yang terkenal kegigihan mempertahankan pendapatnya, terutama falsafah al-hulul yang dianutnya seingga melahirkan pernyataan yang mengatakan “anal haq” (saya adalah tuhan). Pernyataan itulah yang mengundang protes para fuqaha, bahkan ahli tasawuf pun yang yang berbeda dengan pahamnya, menuduh Al-Hallaj.Ketika dihadapkan dengan pengadilan untuk ditanyai tentang falsafah hululya.

2)      Perkembangan Tasawuf Pada Abad Keempat Hijriyah
Abad ini ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuannya pada abad ketiga karena usaha maksimal para ulamatasawuf untuk mngembangkan ajaran-ajaran tasawufnya masing-masing. Kota Baghdad sebagai satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusatkegiatan tasawuf yang paling besar sebelum masa iltu, mulai tersaingi oleh kota-kota besar lainnya.
Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf di luar kota Baghdad, dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf yang terkenal kealimannya, antara lain:
a.       Musa Al-Anshary, mengajarkan ilmu tasawuf di Khurasan
b.      Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy, mengajarkan disalah satu kota mesir[12]
c.       Abu Zaid Al-Adamy, mengajarkan di semenanjung Arabia
d.      Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab As-Saqafy, mengajarkan di Naisabur
Ciri-ciri lain yang terdapat pada abad ini adalah semakn kuat unsur filsafat yang memengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat yang tersebar dikalangan umat Islam dari hasil terjemahan orang-orang muslim sejak permulaan Daulah Abbasiyah. Poada abad ini pula, mulai dijelaskannya perbedaan ilmu zahir dan ilmu batin, yang dapat dibagi oleh ahli tasawuf menjadi empat macam yaitu:
·         Ilmu syari’ah
·         Ilmu tariqah
·         Ilmu haqiqah
·         Ilmu ma’rifah

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada abad ketiga dan keempat muncul dua aliran tasawuf, yaitu aliran tasawuf Sunni dan tasawuf semifilosolis.Pada abad kelima, aliran yang pertama terus gumbllh dan berkembang. Sebaliknya, aliran kedua mulai tenggelam dan baru muncul kembali, dalam bentuk lain, yaitu pada pribadipribadi para sufi yang juga filsuf abad keenam dan setelahnya.
Tenggelamnya aliran kedua pada abad kelima disebabkan berjayanya aliran teologi Ahlus Sunnah wal Jama'ah karena keunggulan Abu Al-Hasan Al-Asy'ari (w. 324 H) atas aliran-aliran lainnya, dengan kritikannya yang keras terhadap keekstreman tasawuf Abu Yazid A1Bustami dan Al-Hallaj ataupun para sufi lain yang ungkapanungkapannya ganjil, termasuk kecamannya terhadap semua bentuk berbagai penyimpangan lainnya. Oleh karena itu, tasawuf pada abad kelima cenderung mengadakan pembaharuan, yaitu dengan mengembalikannya pada landasan Al-Quran dan As-Sunnah.
Di antara tokoh-tokoh tasawuf abad ini adalah sebagai berikut.
a. Al-Qusyairi (376-465 H)
Al-Qusyairi adalah salah seorang tokoh sufi utama dari abad kelima Hijriah. Kedudukannya demikian penting mengingat karyakaryanya tentang para sufi dan tasawuf aliran Sunni pada abad ' ketiga dan keempat Hijriah, menyebabkan terpeliharanya pendapat dan khazanah tasawuf pada masa itu, baik dari segi teoretis maupun praktis.
Nami lengkap Al-Qusyain' adalah 'Abdul Karim bin Hawazin, lahir dalam H di Istiwa, kawasan Naishabur, salah satu pusat ilmu pengetah pada masanya. Di sini, ia bertemu dengan gurunya, Abu 'Ali Ad-quaq, seorang sufi terkenal. Al-Qusyairi selalu menghadiri majelis gurunya, dan dari gurunya itulah, Al-Qusyairi menempuh jalan tasawuf.Sang guru ini menyamakan untuk pertama-tama mempelajari syariat. Oleh karena itu, Al-Qusyairi lalu mempelajari fiqh pada seorang fakih, Abu Bakr Muhammad bin Abu Bakr Ath-Thusi (wafat tahun 405 H), dan mempelajari ilmu kalam serta ushul fiqh pada Abu Bakr bin Farauk (wafat tahun 406 H). Selain itu, ia pun menjadi murid Abu Ishaq Al-lsfarayini (wafat tahun 418 H) dan menelaah banyak karya-karya Al-Baqillanr'. Dari situlah, Al-Qusyairi berhasil menguasai doktrin Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang dikembangkan Al-Asy'an' dan muridnya.AlQusyairi adalah pembela paling tangguh aliran tersebut dalam menentang doktrin aliran-aliran Mu'tazilah, Karamiyyah, Mujassamah, dan Syi'ah. Karena tindakannya, ia mendapat serangan keras, bahkan sampai dipenjara sebulan lebih atas perintah Tughrul Bek karena hasutan seorang menterinya yang menganut aliran Mu'tazilah Rafidhah. Bencana yang menimpa dirinya, bermula tahun 445 H, diuraikannya dalam karyanya, Syikayah Ahl As-Sunnah. Menurut B. Khallikan, Al-Qusyairi adalah seorang yang mampu “mengomprornikan syariat dengan hakikat." Al-Qusyairi wafat tahun 465 H.
Seandainya lkarya Al-Qusyairi, Ar-Risalah AI-Qusyairiyyah, dikaji secara mendalam; akan tampak jelas bagaimana Al-Qusyairi cenderung mengembalikan sawuf ke atas landasan doktrin Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Selain itu, Al usyairi pun mengecam keras para sufi pada masanya karena kegemaran mereka mempergunakan pakaian orang-orang miskin, sementara tindakan mereka pada saat yang sama bertentangan dengan pakaian mereka. Ia menekankan bahwa kesehatan batin, dengan berpegang-teguh pada Avauran dan As-Sunnah, lebih penting daripada pakaian lahiriah. [13]
b. Al-Harawi (lahir 396 H)
Nama lengkap .gl-Haram adalah Abu Isma'il bin Muhammad Al» Anshari, lahir tahun 396 H di Herat, kawasan Khurasan. Ia adalah seorang faqih aliran Hambaliyyah yang terkenal. Karya-karyanya di bidang tasawuf dipandang bernilai. Karyanya yang paling terkenal adalah MamTziI As-Sa’irin ila Rabb Al-‘Alamm yang mendapat komentar ataupun syarah dari beberapa ahli. Komentar yang terpenting adalah dari Ibnu Qayyim (w. 751 H.) yang dikenal dengan Madan'j As-Sahkin.
Al-Harawi adalah seorang penyusun teori kefanaan dalam kesatuan, yang mirip teori Al-Junaid.Teorinya lalu diberi komentar dan dipertahankan oleh lbnu Qayyim dalam karyanya, Madarij AsSZIikfn, yang menekankan terdapatnya perbedaan kefanaan dalam kesatuan dengan penyatuan atau panteisme.
Dalam kedudukannya sebagai seorang penganut aliran Sunni, A1Harawi melancarkan kritik terhadap para sufi yang terkenal dengan keganjilan ungkapan-ungkapannya. Ia pun mengemukakan bahwa tingkatan ketenteraman yang timbul dari rida Allah SWT., sebagai pencegah keganjilan ungkapan-ungkapan.[14]
c, AI-Ghazali (450-405 H)
 Al-Ghazali dilahirkan di desa Thus, pada tahun 450 .di/ 1057 M dan wafat tahun 505 H/1111 M. Pada masa hidupnya, bertepatan dengan masa pemerintahan Perdana Menteri Nizamul Muluk dari kerajaan bani Saljuk. Beliau adalah seorang Sufi yang menjalani berbagai kontroversi dalam hidupnya. Dimulai dari seorang ahli kalam (mutakalim), dilanjutkan sebagi seorang ahli fiqih (fiqih), yang selanjutnya ia terlambat sebagai seorang Sufi. Sebagi seorang Sufi, ia sangat produktif yang mengarang berbagi kitab yang dijadikan rujukan oleh ummat islam sepanjang zaman. Di antara kitab yag terkenal dan sangat monumental adalah al-ikhya’ al ulum al din.[15]
Pada abad inilah terlihat tanda-tanda semakin dekatnya Corak tasawuf dengan ajaran tasawuf yang diamalkan pada abad pertama Hijriah.Akan tetapi, pada abad sesudahnya, kembali terlihat ada tandatanda yang menjurus pada perbedaan pendapat ahli tasawuf dengan fuqaha beserta mutakallim karena corak tasawuf falsafi yang telah diamalkan pada abad ketiga dan keempat Hijriah kembali muncu1 di kalangan umat Islam.[16]
D.    Pada Abad Keenam, Ketujuh dan Kedelapan Hijriyah
1)      Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam Hijriyah
Beberapa Ulama Tasawuf yang sangat berpengamh dalam perkembangan Tasawuf abad ini.antara lain:
a. Syihabuddin Abul F utu As-Suhrawardy; wafat tahun 587 H/ I 191 M
Ia mula-mula belajar Filsafat dan Usul Fiqh pada Asy-Syekh Al-lmam Majdudin Al-Jily di Aleppo. Bahkan sebagian besar Ulama dari berbagai disiplin ilmu agama di Negeri itu, telah dikunjunginya untuk menimba ilmu pengetahuan dari mereka.
Setiap ia mulai belajar pada seorang guru selalu mengemukakan usul agar setiap guru selalu memberi kebebasan kepada muridnya, supaya ia bisa belajar di mana saja, sekalipun ilmu yang dipelajarinya di tempat lain bertentangan dengan pendirian gurunya.
Dengan sikapnya yang merasa bebas belajar di mana saja, maka ’ segala macam ilmu dipelajarinya termasuk berbagai macam Filsafat Kuno; antara lain Filsafat lndia. Persia dan Yunani.sehingga ia berkesimpulan bahwa ahli pertapaan di lndia. Filosof Yunani dan Ahli Hikmah di Persia mempunyai tujuan yang sama; yaitu mencari kebenaran Tuhan.
Karena pendiriannya yang seperti itu.maka beberapa Ulama Fiqih, Ulama Tauhid dan Ulama Tasawuf yang tidak sependirian dengannya menuduhnya sebagai orang Zindiq. bahkan ada yang menuduhnya sebagai Mulhid (Atheis merunut istilah sekarang).
Dalam ajaran Tasawufnya, ia berpendirian bahwa Allah adalah Nur (cahaya) dari segala nur. Maka dari Dia-lah ke luar nut-nur yang lain, baik alam fisik maupun alam rohani. la menamai Allah dengan istilah "Nurul Anwar" (cahaya dari segala cahaya). menamai jasad (Al-Jism) dengan istilah "Jauharatul Muzhlim" (benda yang gelap), menamai roh (jiwa) dengan istilah “Anwarul Mujarradah" (cahaya yang semata-mata) dan alam Barzah dinamainya dengan [17]istilah ”Alamul Ajsam" serta pencipta ilmu pengetahuan dinamainya dengan istilah ”Ahlul Hikmah".
Maka ia mengklasifikasikan pencipta ilmu pengetahuan itu menjadi tiga macam, yaitu:
(1) "Penganut hikmah dengan menggunakan akal semata-mata; yang dinamainya Filosof;
(2) Penganut hikmah yang bertujuan untuk mencari kebenaran Tuhan. yang dinamainya Sufi;
(3) Penganut hikmah yang menggunakan akal dan mementingkan rasa untuk mendapatkan Tuhannya, yang dinamainya Filosof Ketuhanan. Dan inilah yang dianggapnya sebagai nilai yang paling tinggi.
Ia pula mengatakan, bahwa segala ma'rifat adalah ilham; sedangkan untuk mencapainya maka manusia perlu memperkuat perasaan batinnya, dengan cara. mempersedikit makan dan memperbanyak bangun malam. Dan harus pula mempererat hubungan dengan alam malaikat, yang dilanjutkan dengan memperkuat hubungan dengan Yang Maha Pencipta (Nurul Anwar).
As-Suhrawardy mencoba memilih jalan penggabungan Filsafat yang mendalam dengan Tasawuf yang mendalam, sehingga menghasilkan Filsafat Isyraq (Filsafat baru) menurut pendapatnya.Dalam Filsafat itu.banyak perkataannya yang dinilai ganjil oleh Ulama lain; sehingga dikatakannya bahwa Filsafat lsyraq As-Suhrawardy bukan Tasawuf yang sejati, dan bukan pula Filsafat yang sempurna, melainkan hanya kesesatan belaka. Ma sepakat ulama yang menentangnya untuk mengajukannya kepada Sultan Salahudin AlAyyuby agar ia dihukum mati.
Karena desakan yang bertubi-tubi dari Ulama di berbagai penjuru, maka Sultan memerintahkan kepada anak kandungnya yang bernama Malikuzh Shahir untuk memenjarakannyaTetapi sebelum tiba masanya untuk dihukum mati, ia lebih dahulu bunuh diri. dengan cara mogok makan dalam penjara.
b. Al-Ghaznawy; wafat tahun 545 H/1151 M
Ia merupakan pelanjut ajaran Tasawuf dari Abu Said AlKhurasany yang dikenal sebagai Sufi yang aktif mengajarkan llmu Tasawuf di abad kelima Hijriyah, sedangkan Abu Said sendiri, mendapatkan pelajaran ilmu Tasawuf dari Abul Fadhal, yang dikenal sebagai penganut ajaran Wihdatul Wujud (Penyatuan wujud hamba dengan wujud Tuhan).
Al-Ghaznawy mengamalkan ajaran Tasawufnya dengan melakukan zikir, yang diikuti oleh murid-muridnya yang duduk melingkarinya, dengan cara menggoyang-goyangkan dirinya, bahkan ada yang memakai cara menari-nari. Karena itu, ada yang berpendapat bahwa dialah yang pertama-tama melakukan zikir dengan cara menggoyanggoyangkan dirinya Sehingga cara tersebut, tersebar di Ghaznah, tempat kelahiran beliau, yang akhirnya tersebar luas di manamana.
Sebagai murid Abu Said, iapun menganut ajaran Widatul Wujud, lalu ajaran itu diajarkan lagi kepada murid-muridnya. Sedangkan sistem yang digunakan mengembangkan ajarannya adalah melalui syair-syair tang digubahnya, di samping ayat-ayat Al-Quran dan Hadits yang litafsirkan dan ditakwilkan menurut ajaran Tasawufnya. V
Di samping berkembangnya kembali ajaran Al-Hulull, Wihdatul Wujud dan Wihdatul ad-yan dari Al-Hallaj dan lbnu 'Arabiy beserta Abul Fadhal. dapat pula diimbangi dengan tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan Tasawuf diamalkannya dengan cara ”Suluk". Pelembagaan pendidikan Islam yang mengajarkan Tasawuf dan mengamalkannya di tempat itu, lazim disebut Tarikat, yang biasanya diberi nama dengan menisbatkan kepada syekhnya (gurunya), misalnyaantara lain:
(1) Tarikat Qadin'yah, yang dinisbatkan kepada pendirinya (gurunya) yang bernama Abdul Qadir Jailani yang dilahirkan tahun 470 H, dan wafat tahun 561 H.
(2) Tankat Rifa'iyyah; yang dinisbatkan kepada pendirinya (gumnya) yang bernama Ahmad Abul Hasan Ar-Rifa'i yang wafat tahun 570 H.
Kalau pada abad kelima Hijriyah Imam Al-Ghazaly telah mengembalikan citra Ahli Tasawuf di kalangan umat Islam.dengan mempertemukan llmu Zahir (Ilmu Syariat) dengan Ilmu Batin (Ilmu Tasawuf). Dan berusaha memumikannya dari unsur-unsur Filsafat yang dinilainya membingungkan orang-orang Islam, sehingga dapat dikatakan bahwa hanya Ahli Filsafat saja yang menjadi lawan polemik Ulama Syariat dan Ulama Tasawuf.Tetapi di abad keenam Hijriyah ini.[18]suasana kemelut antara Ulama Syariat dengan Ulama Tasawuf kembali memburuk, karena dihidupkannya lagi pemikiran-pemikiran Al-Hulul, Wihdatul Wujud dan Wihdatul Adyan oleh kebanyakan Ulama Tasawuf. antara lain Syihabuddin Abul Futuh As-Suhrawardy dan Al-Ghaznawy. Sehingga timbul berbagai protes dari Ulama Syariat .dan mengajukan keberatannya kepada penguasa ketika itu.
2)      Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh Hijriyah
Ada beberapa Ulama Tasawuf yang berpengaruh di abad ini; antara lain:
a. Umur Ibnul Faridh: lahir di Hama: (Siria) tahun 576 H/1181 M, dan wafat di Mesir tahun 632 H/1233 M
Ia adalah pelanjut dari ajaran Wihdatul Wujud. yang telah diajarkan oleh Muhyyidin Ibnu Araby pada abad yang lampau. Dalam kitab yang dikarangnya, yang terdiri dari gubahan-gubahan syair yang berjudul "Ath Thaiyatnl Kubra“, terdapat kesamaan tekanan uraiannya dengan kitab karangan Ibnu Araby yang berjudul “Ath-Thaiyatul Kubra” ia menguraikan bahwa cintalah yang membakar jiwanya.. sehingga ia selalu ingin ittishal (berhubungan) dan ittihad (bersatu) dengan Tuhannya untuk mencapai tujuan dalam Tasawuf.
b. Ibnu Sabi'in; lahir di Mercia! (Spanyol) tahun 613 H/1215 M dan wafat di Mekah tahun 667 H/1215 M
Semula beliau dikenal sebagai Ulama Fiqh, tetapi kemudian ia mengalihkan perhatiannya untuk memperdalam Ilmu Tasawuf, sampai ia berhasil menduduki posisi Imam (Syekh Tasawuf) di masa itu. Ia sering mengeluarkan pemikiran yang terlalu bebas dan dianggapnya ganjil oleh Ulama Syariat. Pemikiran-pemikiran yang telah dikemukakannya; antara lain:
(1) Mengapa Muhammad bin Abdillah mempersempit alam yang luas ini, dengan mengatakan bahwa tidak ada lagi nabi 'sesudahnya.
(2) Orang-orang yang bertawaf di sekeliling Ka’bah seperti keledai yang berputar-putar mengelilingi kilangan.
Di samping terdapatnya ajaran Tasawuf yang menyimpang dari kemurniannya, terdapat pula beberapa Ulama Syariat yang menentangnya, agar tidak tersebar luas di masyarakat.bahkan pemah dikabarkan bahwa tuduhan[19] terhadap Ibnu Sabi'in yang dinilainya sangat membahayakan agama Islam. tersebar di mana-mana. Sehingga ia bunuh diri, karena tidak dapat menghindarkan dan membela dirinya dari tuduhan dan penghinaan yang menimpanya.
c. Jalaluddin Ar-Rumy; lahir di kota Balkh tahun 604 H/1217 M. dan wafat tahun 672 H/I273 M
Pandangan dalam Tasawuf, berbeda dengan pandangan kebanyakan ahli Tasawuf yang lain, terutama yang bermazhab Jabariyah.
Dalam masalah ikhtiar, ia mengatakan bahwa manusia dilahirkan di dunia untuk berjuang dan bekerja keras dalam mencari kebahagiaan hidup. Kalau ahli Tasawuf yang lain terpengaruh dari Teologi Jabariyah, maka Jalaluddin Ar-Rumy terpengaruh dari Teologi Mu'tazilah, disertai dengan teori evolusi yang didapatkannya dari Filsafat.
Untuk menyebarluaskan paham Tasawuf dari masing-masing penganutnya, maka di mana-mana berdiri lembaga pendidikan Tasawuf yang ditempati oleh murid-murid belajar Tasawuf dan latihan rohaniah.Lalu kegiatan tersebut dinamakan Tarikat oleh penganutnya, yang sering dinisbatkan namanya kepada Syekhnya (gurunya).
Adapun Tarikat yang berdiri pada abad ini; antara lain:
(1) Tarikat Maulawiyah, yang dinisbatkan kepada Maulana Jalaluddin Ar-Rumy; wafat tahun 672 H/ 1273 M.
(2) Tarikat Syadziliyah, yang dinisbatkan kepada As-Syekh Abul Hasan Ali bin Abdil Jabbar Asy-Yazaly; wafat tahun 655 H/ 1256 M.
(3) Tarikat Badawiyah, yang dinisbatkan kepada Asy-Syekh Ahmad Al-Badawy; wafat tahun 675 H/1217 M.
(4) Tarikat AsSuhrawardy, wafat tahun 638 H/l240 M.
Pada abad ini, tercatat dalam sejarah, bahwa masa menurunnya gairah masyarakat Islam untuk mempelajari Tasawuf karena berbagai faktor, antara lain:
(1) Semakin gencarnya serangan Ulama Syariat memerangi ahli Tasawuf, yang diiringi dengan serangan golongan Syiah yang menekuni Ilmu Kalam dan Ilmu Fiqh. [20]
(2) Adanya tekad penguasa (pemerintah) padamasa itu, untuk melenyapkan ajaran Tasawuf di dunia Islam, karena dianggapnya bahwa kegiatan itulah yang menjadi sumber perpecahan umat Islam
Perlu diketahui, bahwa Ahli Tasawuf bergerakdalam kegiatan yang dirahasiakan, maka hal itu sangat dikhawatirkan oleh pemerintah.Dan untuk menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat, pemerintah harus menerima usul-usul yang diajukan oleh Qadi yang membantu penterintah menjalankan kewenangannya. Sehingga banyaklah Ahli Tasawuf yang lari meninggalkan negerinya beserta murid-muridnya, untuk mencari tempat perlindungan di negeri lain. Tetapi banyak juga yang sempat tertangkap.lalu menjalani hukuman, sehingga boleh dikatakan bahwa negeri Arab dan Persia ketika itu. sunyi dari kegiatan Ahli Tasawuf.
3)      Perkembangan Tasawuf pada Abad Kedelapan Hijriyah
Dengan terlampauinya abad ketujuh Hijriyah, hingga dimasukinya abad kedelapan Hijriyah, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam Tasawuf.meskipun banyak pengarang kaum Sufi yang mengemukakan pemikirannya tentang Ilmu Tasawuf. namun kurang mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari umat Islam. Sehingga boleh dikatakan bahwa nasib ajaran Tasawuf ketika itu.hampir sama dengan nasibnya pada abad ketujuh Hijriyah.
pengarang-pengarang kitab Tasawuf pada abad ini antara lain:
a) Al-Kisany; wafat tahun 739 H/1321 M.
b) Abdul Karim Al-Jily; pengarang kitab "Al-Insanul Kamil".
Kalau pada abad kelima Hijriyah, Imani Al-Ghazaly dikenal sebagai tokoh Muslim yang pernah memurnikan ajaran Tasawuf dari unsur-unsur Filsafat, maka pada abad ini Ibnu Taimiyah yang berfungsi seperti Iman Al-Ghazaly. Upaya maksimal yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah ketika itu.tidak henti-hentinya hingga ia wafat pada tahun 727 H/1329 M. [21]
Ajaran Tasawuf yang dominan ketika itu adalah aliran Tasawuf Ibnu Araby; antara lain pemikiran Wihdatul Wujud.
Karena Ibnu Taimiyah memandang bahwa ajaran tersebut banyak menyesatkan masyarakat Islam. maka ia berupaya untuk memberantasnya, melalui kegiatan belajar mengajar serta karangan-karangannya; antara lain kitabnya yang berjudul ”Ar-Raddu ”Ala Ibnu 'Aray".
Usaha-usaha yang seperti ini, dilanjutkan lagi oleh murid-murid beliau: antara lain Ibnul Qayyim Al-Jauzy. Hingga abad-abad sesudahnya, selalu ada Ulama yang berupaya seperti ini, sampai sekarang.
Dalam beberapa abad ini, betul-betul ajaran Tasawuf sangat sunyi di dunia Islam.Berarti nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam, ketujuh dan kedelapan hijriyah.
Banyak di antara peneliti Muslim yang menarik kesimpulan bahwa dua faktor yang sangat menonjol yang menyebabkan runtuhnya Pengaruh ajaran Tasawuf di dunia Islam, yaitu:
1.      Karena memang ahli Tasawuf sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat Islam, sebab banyak di antara mereka yang terlalu menyimpang dari ajaran Islam yang sebenamya; misalnya tidak lagi menjalankan salat karena mereka sudah mencapai tingkat ma 'rifat.
2.      Karena ketika itu, penjajah bangsa Eropa yang beragama nasrani sudah menguasai seluruh negeri Islam. Tentu saja, paham-paham sekularisme dan materialisme, selalu di bawa dan digunakan untuk menghancurkan ajaran Tasawuf yang sangat bertentangan dengan pahamnya.
Meskipun nasib ajaran Tasawuf sangat menyedihkan dalam empat abad tersebut di atas, tetapi tidaklah berarti bahwa ajaran Tasawuf sama sekali hilang di atas bumi Islam ditelan masa. Terlihat masih adanya Ahli Tasawuf yang memunculkan ajarannya, dengan mengarang kitab-kitab yang memuat Tasawuf, antara lain;
1) Abdul Wahhab Asy-Sya'rany; hidup tahun 898 - 973 H/ 1493 - 1565 M. Dan di antara karangannya yang memuat ajaran Tasawuf berjudul ”Al-Lathaiful Minan" (Kehalusan Hati);[22]
2) Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijany; lahir di ‘Ain Mahdi tahun 1150 H/1737 M, lalu wafat tahun 1239 H/1858 M Dan ia sebagai pendiri Tarikat Tijani.
3) Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusy; lahir di Tursy tahun 1206 H/1791 M. Dan ia sebagai pendiri Tarikat Sanusiyah
4) Asy-Syekh Muhamad Amin Al-Kurdi; wafat tahun 1332 H/1914 M. Dan ia sebagai pengarang kitab Tanwirul Qulub Fi-Ma'amalah 'Allamil Ghuyub; serta beliau termasuk pengikut Tarikat Naqsyabandiyah.
Sudah menjadi kebiasaan bagi setiap golongan yang menekuni suatu ajaran (paham) akan kerinduan terhadap masa kejayaan yang telah dialami oleh pendahulunya, bila mereka mengalami suatu kemunduran. Begitu juga halnya pengikut ajaran Tasawuf, mereka sangat merindukan kejayaan Tasawuf yang terjadi sekitar abad ke II, III, dan ke IV Hijriyah.
Akan tetapi masa kejayaan yang seperti tersebut itu.tidak pernah dicapainya hingga sekarang ini. Namun ajarannya tetap hidup.karena merupakan suatu unsur dari ajaran Islam. hanya saja kadang-kadang disalahgunakan oleh orang-orang tertentu untuk mencapai tujuannya; misalnya untuk tujuan politik, mejik dan sebagainya. Sehingga Citra Tasawuf di mata masyarakat Muslim menjadi rusak, karena dikotori oleh motif-motif tertentu.Maka faktor-faktor inilah yang menyebabkan sehingga nasib Tasawuf mengalami kemunduran hingga sekarang ini, namun masih selalu diupayakan oleh pengikutnya dari berbagai macam aliran Tarikat untuk menyemarakkan kembali.





Dari pembahasan makalah tentang sejarah lahirnya tasawuf dan perkembangannya serta aliran-alirannya.
1.      Tasawuf adalah suatu aliran yang bersifat sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya. Orang yang di kategorikan tasawuf disebut dengan sufi.
2.      Sejarah tasawuf dalam Islam, menurut ahli sejarah, sebagai ilmu yang berdiri sendiri, lahir sekitar akhir abad kedua atau awal abad ketiga Hijriyah. Factor- faktor yang menyebabkan lahirnya tasawuf adalah faktor  intern dan ekstern.
3.      Dalam perkembangan aliran tasawuf berkembang pada abad pertama dan kedua hijiriah yaitu pada masa sahabat dan tabiin, ulama dan kaum sufi. Kemudian sampai abad kedelapan.
Setelah para pembaca selesai membaca makalah ini,pastilah terdapat banyak kesalahan di dialam penulis makalah diatas,memang makalah ini masih jauh sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran  dari semua pihak demi perbaikan dalam penulisan makalah kami yang  selanjutnya.





Rosihon Anwar, AKHLAK TASAWF. Bandung: Pustaka setia, 2010
Mustofa, AKHLAK tasawuf.Bandung: Pustaka Setia, 2014
Mohammad Muchlis Solichin, AKHLAK & tasawuf. Surabaya: Pena Salsabila, 2014


[1] Rosihon Anwar, AKHLAK TASAWUF (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 165
[2] Mustofa, AKHLAK tasawuf(Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 209 - 210
[3] Ibid, hlm 210-211
[4] Rosihon Anwar, AKHLAK TASAWUF (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 169 - 170

[6] Mustofa, AKHLAK tasawuf(Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 214
[7] Rosihon Anwar, AKHLAK TASAWUF (Bandung: Pustaka setia, 2010), hlm. 171 - 175
[8] Ibid, hlm. 176 - 177
[9] Ibid, hlm. 181
[10] Mustofa, AKHLAK tasawuf(Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 210 - 222
[11] Ibid, hlm. 223
[12] Rosihon Anwar, AKHLAK TASAWUF (Bandung: Pustaka setia, 2010), hlm. 181 - 183
[13]Ibid, hlm. 183 - 184
[14]Ibid, hlm. 184 - 185
[15] Mohammad Muchlis Solichin, AKHLAK & tasawuf (Surabaya: Pena Salsabila, 2014), hlm. 123 - 124
[16] Rosihon Anwar, AKHLAK TASAWUF (Bandung: Pustaka setia, 2010), hlm. 187
[17] Mustofa, AKHLAK tasawuf(Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 231 - 233
[18] Ibid, hlm. 233 - 234
[19] Ibid, hlm. 234 - 235
[20] Ibid, hlm. 235 - 237
[21] Ibid, hlm. 237 - 238
[22] Ibid, hlm. 238 - 239

No comments:

Post a Comment

Tasawuf Irfani, Konsep dan Tokohnya

MAKALAH TASAWUF IRFANI : (Konsep dan Tokohnya) Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahAkhlaqTasawuf Dosen Pengampu: Moch. Cho...